17. Es Krim

480 78 1
                                    

“Es krimnya manis, kayak kamu.”

—Dion Anggara

—Dion Anggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok tok tok.

Suara pintu diketuk mengalihkan atensi ketiga remaja itu. Satu-satunya laki-laki beranjak untuk membukakan pintu. Kedua gadis lainnya saling menatap.

“Mungkin saudara atau orang tuanya,” gadis tomboi itu beropini. Kyara mengangguk kecil, “Maybe.”

Dion melangkahkan kaki jenjangnya menuruni tangga, cowok itu berhenti setelah jarak tiga meter. Meraih handle pintu, lantas membukanya perlahan.

“Di mana Ara?”

Wajah datar dengan tatapan penuh selidik. Dion tersenyum ramah. Dia tidak tahu siapa cowok itu, yang pasti dia kenal dengan Kyara. Lantas mempersilahkan masuk.

“Ada di atas.”

Dion berhenti saat sudah berada di depan pintu kamar dengan Kyara dan Lija di dalamnya. Cowok berwajah datar itu langsung masuk.

“Ra, pulang!”

Kedua gadis yang sedang memakan buah-buahan lantas menoleh, menatap bingung.

“Varel?”

“Lo ngapain di sini?”

Alih-alih menjawab, cowok itu malah menarik Kyara keluar dari tempat itu.

“Aw,” ringis Kyara saat merasakan pergelangan tangannya yang masih dibalut perban ditekan.

“Lo gapapa?” raut wajahnya berubah khawatir.

“Tangan gue ... sakit,” lirih Kyara pelan.

“Sori, gue nggak tau.”

Kyara menggeleng lalu tersenyum, melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Varel mengikutinya, hingga mereka sampai di teras, gadis itu menatap Varel.

“Lo bawa mobil?”

“Biar lo nggak kedinginan.”

Varel membukakan pintu mobil.

“Silahkan masuk, tuan putri.”

Kyara tertegun, bingung.

“Lo mau berdiri di sini sampai kapan?”

Kemudian gadis itu masuk, begitu juga Varel. Mobil hitam itu keluar dan hilang dari pandangan kedua remaja yang sedari tadi hanya berdiri tanpa sepatah kata.

Lija mendengus sebal. “Sialan lo, Ra! Gue udah bela-belain datang ke sini, lo malah pulang bareng Varel. Teman laknat lu!” umpat gadis tomboi itu.

Cowok yang sedari tadi menatapnya mengidikkan bahu. “Lo ngomong sendiri?” tanyanya.

Lija menoleh, tidak menjawab. Gadis itu berjalan ke arah mobilnya kemudian meninggalkan tempat itu.

DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang