“Jangan jadi pengecut yang beraninya main di belakang.”
—Khalija Aryana
“Ada apa, Bi?”
Keempat gadis itu sudah berada di bawah menemui Bi Hanum yang tadi sempat berteriak. Kyara sangat khawatir terjadi sesuatu karena usia Bi Hanum yang sudah tidak lagi muda, wanita paruh baya itu sangat mudah cemas dan terkejut.
Bi Hanum menunjuk ke arah luar pintu dengan tangan yang gemetar dan keringat dingin yang mengalir di seluruh tubuhnya. Saras, yang juga mendengar teriakan tadi keluar dari kamarnya.
“Ada apa ini? Kenapa tadi Bunda dengar ada yang teriak?”
Mereka menggeleng serentak dan masih menatap ke arah yang ditunjuk oleh Bi Hanum. Karena melihat ekspresi Bi Hanum yang ketakutan, mereka juga ikut takut dan tidak berani keluar untuk memastikan apa yang terjadi. Bi Hanum juga sedari tadi hanya menutup mulutnya tidak mau bicara.
Mereka masih berdiri sambil menatap satu sama lain, karena melihat tidak ada satu orang pun yang bertindak, Lija melangkah maju. Kyara menahan bajunya dan menggeleng.
“Biar gue liat, Ra,” kata Lija melepaskan tangan Kyara dari bajunya.
Perlahan, Lija melangkahkan kakinya keluar. Tidak ada siapa-siapa di sana, Lija menelusuri sekeliling juga sama, sepi. Ia kembali masuk ke dalam dan mendekati Bi Hanum.
“Bi, diluar gak ada siapa-siapa. Tapi kenapa tadi Bibi teriak?” tanya Lija pada Bi Hanum yang masih terlihat shock.
Bi Hanum terus saja menunjuk dengan tangan yang gemetar. Mereka memutuskan untuk melihat bersama-sama. Lija dan Kyara berjalan di depan, Nadin dan Jena mengikuti dengan bersembunyi di belakang Lija. Sedangkan Saras tetap di dalam menenangkan Bi Hanum yang masih ketakutan.
Keempat sahabat itu berjalan mengendap, setelah sampai di luar tidak ada siapa-siapa seperti yang Lija katakan tadi. Nadine dan Jena keluar dari belakang Lija.
“Gak ada siapa-siapa,” ujar Nadine masih menelusuri setiap sudut.
“Itu yang gue bingung,” sahut Lija.
“AAAAAAAA!”
Teriakan Jena kembali membuat mereka terkejut dan menoleh ke arah yang sama.
“Kenapa, Na?” tanya Kyara panik.
Jena menunjuk sesuatu di dekat pintu, lebih tepatnya di belakang mereka. Tadi, ia sempat berbalik hendak masuk ke dalam rumah lagi tapi benda itu sontak membuatnya terkejut.
“Lo kalo teriak jangan di dekat gue juga!” sentak Nadine yang berada di sebelah Jena.
“Balik badan, sekarang! I-itu...” titah Jena dengan suara yang gemetar sambil memukul satu-persatu sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]
Teen Fiction[Selesai + Part Masih Lengkap] "𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." "Ra, lo tadi ke taman?" "Nggak. Dari tadi gue sama Lija di rumah aja, nggak ke mana-mana." "Terus yang tadi gue ajak ngobrol siapa?" "Hah?" *** Kisah ini...