42. Setelah Hujan Reda

198 39 3
                                    

"Di bawah rintik hujan kutatap wajahmu yang tersipu sebab perlakuanku."

-Dion Anggara

-Dion Anggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woy!"

Sontak kedua remaja itu menoleh saat Jena berteriak memanggil. Mereka yang tadi asik melihat hasil foto mengalihkan pandangan pada gadis yang sedari tadi mengoceh.

"Lo berdua sini gabung dong! Jangan asik berduaan mulu. Hargai nih Nadin yang jomblo."

Jena menyenggol lengan Nadin dengan sengaja. Membuat gadis yang tadi sibuk makan keripik singkong rasa rumput laut mengernyit.

Mereka sedang duduk lesehan dengan alas tikar di pantai sambil minum kelapa muda. Para cowok-cowok ngumpul bersebelahan yang berhadapan langsung dengan para cewek-cewek. Nadin dengan banyak cemilannya, di depan Yogi yang juga ikut makan cemilan Nadin. Meskipun harus adu bacot dulu, cowok itu memang tidak bisa jauh dari Nadin. Aldi yang bucin akut bersama Lija. Jena dan Naya bersebelahan yang berhadapan dengan Aksa, cowok yang malas sekali mengeluarkan suara jika tidak ada yang memulai atau mencari masalah.

"Lo juga jomlo kali!" Nadin melempar keripiknya mengenai jidat Jena. Cewek itu mengusap-usap kepalanya, menatap sinis pada Nadin. Sedangkan Naya di sampingnya sama sekali tidak peduli, gadis itu malah sibuk dengan ponselnya.

"Nggak, gue kan ada Aksa."

Cowok yang duduk di sebelah Yogi terkejut dengan apa yang Jena katakan. Apa-apaan ini? Dari tadi dia sama sekali nggak ada ikut campur saat mereka membahas hal-hal unfaedah tapi sekarang malah dirinya yang kena sasaran.

"Dih? Ngapa bawa-bawa gue?" tanya cowok itu bingung. Jena tersenyum, senyumannya sangat manis.

"Katanya lo suka sama gue, gimana sih?" sunggut Jena.

Bukan apa-apa, Jena hanya mengatakan sesuai pengamatannya selama ini. Dia merasa jika Aksa sering duduk di dekatnya jika berkumpul. Aksa juga suka cari gara-gara. Dari yang dia baca di internet dan beberapa sumber salah satu ciri-ciri seorang laki-laki menyukai perempuan adalah seperti yang dia sebutkan tadi. Jadi, tidak heran jika Jena merasa kepedean. Aldi juga pernah bilang jika cowok itu suka kepadanya, yaudah Jena yang kadang tidak punya rasa jual mahal langsung-langsung saja.

"Pede banget lo jadi orang!" Dan seperti itulah Aksa. Cowok dengan gengsi setinggi langit. Tidak beda jauh dengan teman masa kecilnya, Varel.

Perkataan Aksa barusan membuat Jena bungkam. Namun setelahnya dia tetap berkata, "Udah deh, Sa! Gue sebagai cewek, peka kok kalo lo itu sebenarnya suka kan sama gue? Bilang aja."

Jena menaik turunkan alisnya menatap Aksa. Sebenarnya gadis itu hanya bercanda, ingin mencairkan suasana. Meskipun kenyataannya, di dalam hati kecilnya, ia berharap jika yang dikatakan Aldi adalah benar.

DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang