“Terkadang orang yang terlihat jahat bukanlah penjahat yang sesungguhnya. Karena bisa jadi, mereka melakukan sesuatu untuk mengungkap suatu kebenaran.”
—Kyara Zahira
Varel menghela napas pelan. "Ternyata selama ini gue salah paham, bukan Arga yang buat Fazura sedih dan terluka, tapi orang tuanya sendiri.”
Gadis itu mengerutkan kening.
“Gimana ceritanya?”
Cowok itu mulai menceritakan semua kejadian sebenarnya. Mulai dari Arga yang datang menemuinya beberapa hari lalu.
Varel sedang mencuci motornya di depan rumah. Kedatangan seseorang membuatnya menoleh, seorang cowok menggunakan motor ninja dengan jaket hitam dan juga helm full face. Seperti tidak asing di mata Varel. Ia mematikan keran lalu berjalan untuk membuka pagar, memastikan siapa yang datang.
“Maaf, ada yang bisa saya bantu?”
Cowok yang masih duduk di atas motornya itu membuka helm full face dari kepala, ia menyibak rambutnya yang sedikit berantakan lalu menatap Varel dengan sudut bibir yang terangkat.
“Arga?” Varel mengepalkan tangannya, wajahnya berubah merah.
Arga kembali? Apa tujuan cowok itu? Apakah dia sudah tahu soal Kyara? Apakah Calisa sudah memberitahunya? Varel jadi khawatir dengan Kyara, ia takut jika Arga memperlakukannya seperti Fazura dulu.
Arga turun dari motornya, melihat ekspresi Varel yang berubah membuat ia mengerti kalau cowok itu pasti salah paham dengan kedatangannya kesini. Varel pasti mengira bahwa ia masih Arga yang dulu, Arga yang berandalan.
Tapi Varel salah, Arga yang sekarang sudah berubah. Arga yang sekarang sudah tidak kenal apa yang namanya balapan liar, mabuk-mabukkan dan juga tawuran. Bahkan, Arga sudah keluar dari geng motornya yang bernama Geng Togos.
“Gue datang kesini cuma mau minta maaf dan jelasin semuanya.”
Penuturan Arga barusan tentu saja membuat Varel tidak percaya begitu saja. Yang ia tahu, Arga itu licik. Arga kembali tersenyum, ia tahu Varel tidak akan percaya begitu saja.
“Kalo lo mau tau alasan Fazura nangis waktu itu, lo harus dengerin cerita gue.”
Varel mendelik. “Gimana caranya biar gue percaya kalo apa yang lo bilang itu benar?” tanyanya.
“Gue punya bukti video.”
Varel mengangguk paham, kalau Arga mempunyai bukti berarti ia tidak main-main dengan ucapannya. Ia tahu Arga tidak akan berani bicara kepada orang lain sebelum menyelidikinya terlebih dahulu.
“Lo masuk dulu, kita bicara di dalam.” Varel membuka pagar rumah dan mempersilahkan Arga masuk.
Sekarang mereka berdua sudah masuk dan duduk di kamar Varel. Arga sudah lama tidak kesini, dulu ia hampir setiap hari tidur di kamar bernuansa hitam milik Varel. Dulu mereka hampir setiap hari begadang hanya untuk main game.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]
Roman pour Adolescents[Selesai + Part Masih Lengkap] "𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." "Ra, lo tadi ke taman?" "Nggak. Dari tadi gue sama Lija di rumah aja, nggak ke mana-mana." "Terus yang tadi gue ajak ngobrol siapa?" "Hah?" *** Kisah ini...