POV KYARA:
Hidup di dunia tidak akan luput dari yang namanya masalah. Mulai dari keluarga, persahabatan dan asmara.
Terlebih lagi di usia remaja, atau lebih tepatnya masa-masa SMA. Banyak masalah yang kita temui, terutama tentang persahabatan dan percintaan. Kita mungkin bisa saja dengan mudah mendapatkan teman di masa sekolah. Tapi yang benar-benar tulus dan ada saat kita susah maupun senang itu jarang. Dan aku ... beruntung bisa mendapatkannya.
Mungkin persahabatanku dan teman-temanku jauh dari kata sempurna. Tapi ketidaksempurnaan itu yang membuat kami ada. Perbedaan yang membuat kami semakin erat. Saling melengkapi satu sama lain.
Sering terjadi kesalahpahaman, bahkan pernah renggang hanya karena satu laki-laki. Namun semua itu adalah bagian dari perjalanan. Kami mampu menyelesaikan dengan saling memahami. Karena tidak ada yang lebih penting dari suatu hubungan kecuali 'pemahaman'. Baik itu dalam keluarga, pertemanan, dan asmara.
Cinta saja tidak cukup untuk membuat sebuah hubungan berhasil. Ada banyak hal penting yang perlu dipertimbangkan. Seperti jarak, pola pikir dan restu keluarga. Sebelumnya aku berpikir kalo 'komunikasi' adalah kuncinya. Namun salah. Sekarang aku sadar—seperti yang baru saja aku bilang, 'pemahaman' adalah kuncinya. Aku bisa saja berkomunikasi tentang semua hal terhadap seseorang, tapi kalo dia nggak paham sama aja bohong.
Maksudku, sekarang aku bukan hanya bertahan karena terlalu cinta, sudah dekat dengan keluarganya, ataupun sudah lama menjalin hubungan sejak masa SMA. Kami bertahan sampai sejauh ini karena bukan cuma mencari tentang kebersamaan, tapi lebih ke bagaimana menyatukan perbedaan. Karena baik dalam pertemanan ataupun asrama, sama saja.
POV KEYRA:
Aku tidak pernah mengeluh tentang keadaan ekonomi keluargaku yang jauh berbeda dengan teman-temanku. Aku bahagia karena meskipun tidak kaya, tapi bisa merasakan kehangatan keluarga. Aku beruntung, punya orang tua yang tidak sibuk dengan pekerjaan dan masih bisa merasakan makan bersama, ngobrol bersama meskipun di depan tv dan di atas karpet sederhana. Tak ada sofa dan AC yang menemani kami, tapi bahagia tetap bisa kami rasa.
Aku tidak punya teman dekat, tapi aku punya Ibu tempat bercerita. Punya Ayah jika ingin meminta bantuan. Mereka berdua lebih dari cukup. Namun itu adalah pikiranku saat sebelum mengenal cinta.
Aku juga sama seperti remaja pada umumnya, pernah terjebak cinta monyet. Namun nahas, cintaku tak pernah terbalas. Tapi itu merupakan salah satu keberuntungan untukku. Karena kalau saja dia membalas perasaanku, aku tidak mungkin bisa bersama seseorang yang sekarang sangat mencintaiku. Ternyata, setiap pertemuan ada maksud tertentu.
POV VAREL:
Ternyata apa yang kita lihat belum tentu benar. Suatu kejadian bisa saja merupakan rencana seseorang. Kesalahpahaman memang bisa menghancurkan semuanya. Tapi kesalahpahaman juga membuatku belajar menghargai penjelasan seseorang. Kepercayaan adalah kunci utamanya.
Cinta bisa berubah dengan cepat jika memberikannya pada orang yang tidak tepat. Aku pikir cinta masa kecil adalah cinta yang sebenarnya. Aku pikir cinta pertama adalah pemenangnya. Tapi ternyata... cinta pada pandangan pertama itu yang membuatku menetap bersamanya hingga waktu lama.
-Selesai-
***
A/N: Untuk kamu, yang mungkin sedang berada di fase banyak masalah dalam hidupmu. Semangat yaa! Masalah memang tidak akan pernah ada habisnya. Tapi masalah tentu ada jalan keluarnya. Mungkin belum sekarang, tapi nanti percayalah kamu akan merasa bangga kepada dirimu sendiri. Karena mampu bertahan.
"Tapi kapan?" mungkin kamu bertanya demikian.
Jawabannya ada pada dirimu sendiri. Kamu mau menghadapi masalah dan melawannya, atau hanya diam tanpa melakukan apa pun—menunggu sampai menemukan jalan keluar?
Jawabannya ada di tanganmu.
Tentukan yang mana pilihanmu.Sekian dari aku,
@caccabolo
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]
Teen Fiction[Selesai + Part Masih Lengkap] "𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." "Ra, lo tadi ke taman?" "Nggak. Dari tadi gue sama Lija di rumah aja, nggak ke mana-mana." "Terus yang tadi gue ajak ngobrol siapa?" "Hah?" *** Kisah ini...