28. Surat dari Varel

412 51 9
                                    

“Bantu aku keluar dari masa lalu yang selama ini menjebakku.”

—Alvarel Gioniel

—Alvarel Gioniel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kak Ara!”

Gadis dengan bandana merah itu baru saja turun dari mobilnya yang terparkir di halaman panti. Dua anak perempuan yang sedang bermain boneka di teras panti, langsung berlari saat mendapati Kyara berjalan ke arah mereka.

“Una, Amel!” seru Kyara saat kedua anak perempuan itu berada di depannya. Menampakkan senyum ramah, Kyara kemudian menarik kedua anak itu dalam pelukannya.

“Lihat, Kakak bawa apa?” Setelah melepas pelukan mereka, Kyara mengangkat plastik yang ia bawa.

Kedua anak perempuan itu hiperbola. Sudah bisa mereka tebak apa yang Kyara bawa. Cemilan dan juga berbagai minuman kesukaan mereka, yang sudah menjadi kebiasaan Kyara setiap hari Minggu membelikan banyak makanan. Una bersorak gembira, Amel juga ikut tersenyum kemudian mengambil satu kantung plastik yang ada di tangan kakak mereka itu.

“Aku bawa satu,” ujar Amel kemudian beranjak pergi. “Duluan, ya, Una!” teriaknya saat sudah berdiri di depan pintu, kepada Una yang masih setia berdiri di samping Kyara.

“IYA! TAPI JANGAN LUPA SISAIN BUAT AKU, OKE?” jawab Una bersemangat.

Amel mengacungkan jempolnya. “Siaaapp!” Lalu masuk ke dalam untuk memberikan cemilan itu kepada teman-temannya yang lain. Terutama Sofi dan Nana, mereka berdua pasti sudah menunggu sedari tadi.

Kyara mengacak rambut Una, gadis itu mengajaknya duduk di ayunan besi berwarna biru yang berada di samping teras.

“Kakak punya sesuatu buat Una,” kata Kyara. Una menatap penasaran. “Cokelat ya?” tebaknya. “Tapi yang suka cokelat Sofi, Kak, bukan Una.”

“Bukan.” Kyara mengambil sesuatu di dalam tas kecil yang ia bawa. Una memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Ia tidak sabar ingin melihat apa yang akan Kyara berikan.

“Tadaaa!!”

“Waahhh, es krim!”

Una langsung merampas dua buah es krim rasa stroberi dari tangan Kyara. Kemudian anak itu berdiri.

“Mau ke mana?” tanya Kyara heran. Gadis itu juga ikut beranjak.

“Ayok, masuk ke dalam, Kak! Kita makan es krimnya bareng Amel dan yang lain,” ajak Una bersemangat. “Masa yang dikasih cuma aku, kan nggak adil. Amel juga pasti mau, Nana juga, apalagi Sofi,” ujar anak itu.

Kyara geleng-geleng kepala. Anak itu memang berbeda.

“Tapi, es krimnya cuma dua, gimana dong? Emangnya bisa buat kalian berempat?” tanya Kyara mencoba menguji apa jawaban dari Una. Setelah berpikir sejenak, anak kecil itu menarik tangan Kyara agar mengikutinya.

DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang