“Jangan nangis, ada Kakak di sini.”
—Dion
Ujian akhir semester telah selesai. Selama berlibur, Lija, Nadin, Jena dan Naya menginap di rumah Kyara. Setiap liburan mereka selalu seperti itu, menginap di salah satu rumah mereka. Dan sekarang giliran Kyara, setelah kemarin di rumah Jena.
Malam hari dengan sedikit gerimis di luar jendela. Kelima sahabat itu sedang berkumpul di kamar Kyara.
“Heh! Kalian tau gak sih berita terbaru di sekolah?” Nadin menghampiri Naya dan Jena yang berada di atas tempat tidur.
Lija yang baru saja keluar dari kamar mandi ikut bergabung.
“Berita apa, Nad? Kok gue gak tau,” tanya Naya yang sedang mengoleskan krim malam di wajahnya. Jena yang sedang foto-foto cantik menggunakan bandana biru milik Kyara menjentikkan jari.
“Yang berita ‘itu' gak sih, Nad? Gue udah tau mah kalo yang itu,” kata Jena seolah sudah mengetahui apa yang akan Nadin bilang. Gadis rambut gelombang itu manggut-manggut, tersenyum aneh.
“Gue gak habis pikir sih .... Ah! Pokoknya gue gak nyangka!”
Naya dan Lija menatap bingung kepada kedua gadis yang asik sendiri dengan pembahasan mereka. Lija melirik Naya, lantas geleng-geleng kepala seolah berkata 'teman lo emang rada-rada aneh'
“Iya, sih. Gue juga gak habis pikir sama itu cewek, ternyata ... ish ish ish!” Percakapan keduanya masih berlanjut.
“Kalian pada bahas apa, sih?” tanya Naya geram, karena tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
“Iya nih, gak jelas banget. Gak nyangka kenapa? Terus, siapa yang kalian bicarain? Yang jelas dong kalo cerita!" kata Lija ikut emosi.
Nadin dan Jena saling menatap lalu mereka tertawa kencang. Membuat Naya dan Lija tambah bingung dengan kedua sahabatnya itu. Tidak ada yang lucu tapi mereka tertawa, mungkin kedua gadis itu perlu di ruqyah sekali-sekali, batin Lija.
“Aneh lo berdua!” sentak Lija lalu pergi menghampiri Kyara. Meninggalkan dua orang yang masih tertawa seperti orang gila itu.
“Ra, gue mendingan di sini aja deh bareng lo. Daripada ikut gila sama itu dua orang,” kata Lija sembari melirik Nadin dan Jena yang masih tertawa tanpa alasan. Dia ikut duduk di sebelah Kyara di meja belajar.
“Nay, sini! Nanti lo ikutan gila lagi,” panggil Lija. Naya hanya terkekeh melihat kelakuan mereka.
“Astaga Ja, lo itu emosian banget, sih. Kita itu ketawa bukan tanpa alasan tapi ... Hahaha,” ucapan Nadin terpotong karena melihat Jena yang kalau ketawa mulutnya lebar buanget, saking lebarnya kulkas dua pintu bisa masuk. Canda lebar, wkwkwk.
“Na, itu mulut lo lebar banget dah kalo ketawa haha,” lanjut Nadin sambil memukul-mukul Naya yang ada di sampingnya. Kebiasaan kalo sedang tertawa.
“Ihhh lo apa-apaan sih, Nad,” kata Naya lalu menjauh dari Nadin. Kalau tidak bisa-bisa benyok nanti dia. Belum lagi tangan Nadin yang udah seperti tangan raksasa aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]
Teen Fiction[Selesai + Part Masih Lengkap] "𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." "Ra, lo tadi ke taman?" "Nggak. Dari tadi gue sama Lija di rumah aja, nggak ke mana-mana." "Terus yang tadi gue ajak ngobrol siapa?" "Hah?" *** Kisah ini...