"Cintaku tidak akan hilang sampai kita dipertemukan kembali."
Setahun berlalu, Varel terus saja menanti kabar dari Kyara, ia terus menunggu gadis itu siang dan malam tiada henti. Setiap hari Varel selalu pergi ke taman, menghilangkan rasa rindunya dengan hanya mengingat kenangan mereka dulu.
Semua ini memang salahnya, dia tidak datang saat gadis itu berangkat ke London. Ini semua gara-gara kakeknya. Laki-laki tua itu memang tidak pernah membuat hidup Varel bahagia. Dulu, sewaktu SMA Juan membuat perjodohan Varel dan Calisa tanpa persetujuan cucunya. Sekarang, Juan kembali membuat masalah. Dia tidak setuju dengan hubungan Varel dan Kyara karena Kyara dan Calisa saudara. Juan mengira jika Kyara pasti juga sama seperti Calisa, bukan perempuan baik-baik.
Juan sengaja menyita ponsel Varel saat dia pulang dari pantai. Varel sudah menjelaskan semuanya kepada Juan kalau Kyara dan Calisa itu berbeda, tapi tetap saja dia tidak percaya.
Kemudian keesokan harinya, Juan sengaja mengurung Varel di dalam kamarnya agar tidak bisa bertemu dengan gadis itu lagi. Varel berusaha keluar dari kamarnya, tapi percuma karena sudah dikunci dari luar oleh Juan, jendelanya juga berbahan kaca, jika dipecahkan pasti akan terdengar dan Juan akan menangkapnya. Jadi percuma saja jika Varel melakukan itu. Dia memilih untuk diam saja dulu karena dia yakin Juan akan membuka pintu jika Kyara sudah pergi.
Dan benar saja, Juan membebaskannya tapi tetap menahan ponselnya.
“Mana ponsel Varel?”
“Sudah Kakek hancurkan.”
“Kakek kenapa sih? Kalau gini caranya, Varel mau keluar dari rumah ini. Varel nggak mau dikekang!”
“Pergi saja kalau kamu mau! Kamu pikir kamu bisa hidup tanpa harta saya?”
Detik itu juga Varel pergi dari rumah. Percuma juga dia masih tinggal di rumah itu, ayah dan ibunya saja tidak pernah peduli kepadanya.
Awalnya Varel tinggal bersama Aldi, dia juga bekerja bersama cowok itu di cafe milik teman kampus mereka. Dari situlah Varel membayar uang kuliahnya sendiri, karena orang tuanya juga dilarang oleh Juan untuk membantu Varel dalam hal materi. Namun sesekali, ibunya mengirimkan uang untuk Varel karena bagaimanapun dia tidak bisa melihat anaknya seperti itu.
Hingga satu tahun berlalu, Varel sudah tidak tinggal bersama Aldi. Dia memilih untuk kos, karena tidak enak juga jika harus menumpang. Meskipun mereka sahabatan, tetap saja Varel merasa tidak enak dengan keluarganya.
Sekarang, Varel duduk di pinggiran rumah pohon, tidak lupa ia memegang gelang pemberian Kyara sebelum gadis itu pergi. Varel terus saja memandangi gelang berwarna hitam itu. Bayangan Kyara yang tersenyum kepadanya terlintas begitu saja.
"Ini gelang buat kamu," ujar Kyara sembari mengikatkan gelang hitam polos pada pergelangan tangan Varel.
"Buat apa?" tanya Varel bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]
Teen Fiction[Selesai + Part Masih Lengkap] "𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." "Ra, lo tadi ke taman?" "Nggak. Dari tadi gue sama Lija di rumah aja, nggak ke mana-mana." "Terus yang tadi gue ajak ngobrol siapa?" "Hah?" *** Kisah ini...