15. Berubah

499 93 3
                                    

“Sangat sulit memahami sikapnya. Kadang cuek, kadang manis”

—Kyara Zahira

Sudah hampir satu jam Kyara berdiri di sini, di pinggir jalan dekat toko buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir satu jam Kyara berdiri di sini, di pinggir jalan dekat toko buku. Kyara sedang menunggu Lija yang akan menjemputnya. Tetapi entah ke mana perginya gadis tomboi itu, ditelepon gak diangkat, dichat juga gak dibalas.

Kyara duduk di bangku halte sendirian. Dia menatap ke arah langit, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan, terlihat dari langit yang sudah menghitam. Tidak lama lagi pasti butiran-butiran air akan membasahinya.

Gadis itu masih mencoba menghubungi Lija. Tetapi tetap saja nihil, Lija tidak mengangkat teleponnya. Menyebalkan!

Prediksi Kyara tadi benar saja. Hujan turun dengan derasnya, membasahi jalanan ibukota. Gadis itu mengelus lengannya yang kedinginan. Ia yang menggunakan baju lengan pendek membuat hawa dingin sangat terasa menusuk di kulitnya.

Gadis itu hendak menelepon supir pribadinya, namun naas keberuntungan tidak berpihak padanya. Ponselnya mati.

Hari sudah mulai gelap tetapi Kyara masih di sana, sendirian, duduk di bangku halte yang kebetulan tidak terkena percikan hujan. Hujan sudah sedikit mereda hanya tinggal gerimis. Gadis itu berdiri untuk melihat apakah ada taxi yang lewat, menoleh ke kanan-kiri, sepi.

Tidak biasanya seperti ini. Mungkin karena hujan, jadi hanya beberapa kendaraan yang melintas.

Kyara menoleh saat sebuah mobil berhenti di depannya, itu bukan mobil Lija. Kyara hanya diam saat seorang cowok keluar dari mobil itu menggunakan payung berwarna hitam, kemudian menghampirinya.

“Sendirian aja?” tanya cowok itu. Kyara tidak menjawab.

“Disini sering terjadi perampokan, apalagi kalo sudah malam,” kata cowok itu lagi.

Kyara berdiri menjauh dari cowok itu, rasa takut menghantui dirinya. Memang tidak ada tampang menyeramkan dari cowok itu, tapi tetap saja dia harus waspada.

Gadis itu melirik jam tangannya. Hari sudah semakin gelap.

“Gimana kalo lo bareng gue?” tawar cowok itu, Kyara menoleh kepadanya.

“Gak usah, terima kasih.”

“Kalo udah jam segini pasti jarang kendaraan yang lewat, apalagi hujan pasti gak bakalan ada.”

“Gue gak jahat kok.”

Kyara berpikir sebentar. Sepertinya cowok ini tidak ada niatan jahat kepadanya.

“Gimana, lo mau gak bareng gue?” tawar cowok itu lagi.

Kyara tidak punya pilihan lain, mau tidak mau dia harus menerima tawaran cowok itu. Kalau tidak bisa-bisa dia tidak pulang nanti.

DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang