4. Pesan Singkat

838 186 28
                                    

"Meskipun hanya pesan singkat, sudah lebih dari cukup bagiku"

-Alvarel Gioniel

Nadin berdiri di ambang pintu kelas XI IPA 3, tidak lupa dengan beberapa cemilan di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadin berdiri di ambang pintu kelas XI IPA 3, tidak lupa dengan beberapa cemilan di tangannya. Gadis itu berjalan menuju meja Kyara dan Lija sembari melambaikan tangan, tidak lupa juga senyuman menampakkan giginya yang tersusun rapi.

"Holla guys, Nadin si imut datang!" sapa Nadin, lalu menjatuhkan tubuhnya memeluk Jena dengan erat, seperti tidak berjumpa satu tahun saja padahal hampir setiap hari mereka bertemu.

Gadis dengan lesung pipi itu memberontak, namun Nadin tetap saja enggan melepas.

"Umm Jena! Kaaaangen!" ucap Nadin kelewat lebay. Jena melepaskan pelukan gadis rambut gelombang itu, kemudian menjauhkan diri.

"Apaan sih, Nad. Lepas!"

Jena mengibaskan tangan. "Mulut lo bau banget, abis makan apa sih?" tanya Jena sembari menutup hidungnya.

Nadin mencium bau mulutnya menggunakan telapak tangan, lalu ia memukul lengan Jena membuat gadis itu meringis.

Plakk.

"Sakit, bego!" pekik Jena.

"Lo sih sembarangan aja."

"HAH!" Nadin mendekatkan wajahnya pada Jena.

"Isshh. Bau, Nad!" kesal Jena sembari mengibas-ibaskan tangannya.

"Mulut gue segar and nggak bau sama sekali, kok," bantah gadis rambut gelombang itu.

Tidak mau ambil pusing, Nadin melenggang berjalan ke arah bangkunya kemudian duduk di samping Naya.

"Hai Mak," sapa Nadin. Gadis dengan bandana biru itu balas dengan bergumam.

Nadin memberikan satu cemilan yang ia bawa, Naya menerima dan berterima kasih.

"Dari mana aja lo? Baru nongol," tanya Naya lalu membuka cemilan kentang rasa rumput laut itu, perlahan memakannya.

"Biasa, dari kantin."

Bukan Nadin yang menjawab melainkan Jena, gadis itu merampas salah satu ciki-cikian yang berada di tangan Nadin.

"Ish Jena! Jangan di rampas juga dong, gak bisa minta baik-baik? Nggak ada sopan sama sekali lo sama temen," kesal Nadin karena kebiasaan Jena.

"Sama temen sendiri juga, pelit lo!" jawab Jena membuang muka.

"Bukannya pelit, cara lo yang kurang baik." Jena mendengus.

"Iya deh iya, ulang-ulang!" ujarnya.

Jena mengembalikan cemilan yang ia ambil tadi ke tangan Nadin, setelah itu mengambilnya lagi. Nadin mengerutkan kening, gila ini anak!

"Nadin yang cantik dan imut, gue minta makanan lo boleh?" tanya Jena mengedip-edipkan mata.

DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang