“Jantungku tidak aman jika berada di dekatmu. Tapi sungguh, itu membuatku candu”
Di perpustakaan SMA Angkasa, dua orang siswa sedang duduk berhadapan sibuk dengan buku mereka masing-masing.
Kyara sedari tadi menyelesaikan soal Matematika dan juga mencoret buku catatan untuk menuliskan rumus-rumus agar lebih mudah diingat. Itu sudah menjadi kebiasaan Kyara sebelum Olimpiade.
Sedangkan Varel, sedari tadi selalu mencuri-curi pandang pada gadis di depannya itu. Saat Kyara menoleh menatapnya, Varel kembali menatap bukunya. Ketika Kyara fokus pada bukunya lagi, Varel pun mencuri-curi pandang lagi. Begitulah seterusnya.
Kyara merasa tidak nyaman karena menyadari jika sedari tadi Varel menatapnya. Gadis itu mendengus.
“Rel, lo fokus dong belajarnya,” ujar Kyara pada Varel yang terlihat sedang menulis sesuatu, Kyara tahu pasti dia sedang berpura-pura.
“Ini gue fokus dari tadi,” balas Varel tanpa menatap Kyara, dia masih sok sibuk dengan bukunya.
“Kalo lo liatin gue lagi, gue mending pergi aja deh,” ancam Kyara. Pipinya menggembung membuat sudut bibir Varel terangkat. Cantik dan menggemaskan.
Varel terus saja menatap Kyara membuat gadis itu merasa risih. Kyara menghembuskan napas kasar.
“Lo yang fokus dong belajarnya! Waktu kita gak banyak Rel, tinggal dua minggu lagi loh!” kesal Kyara.
Tetapi bukannya merasa bersalah, Varel malah tersenyum jahil. “Lo kepedean banget sih, siapa juga yang liatin lo. Orang gue dari tadi bahas soal,” elak Varel.
“Terserah lo deh.” Kyara memilih mengalah. Berdebat dengan cowok itu tidak ada gunanya juga.
“Lo pengen banget gue liatin?” goda Varel, belum puas.
“Lo mau belajar atau pengen ngobrol sih, gue gak konsentrasi jadinya,” ucap Kyara mengalihkan pembicaraan.
“Maunya sih ngobrol bareng lo.”
Kyara hanya menatap Varel kesal tanpa menjawab lagi.
“Ra,” panggil Varel setelah beberapa saat.
Kyara menghela napas kasar, memutar bola matanya malas. “Apa lagi sih?”
“Lo tambah cantik kalo lagi marah.”
Deg.
Kyara mengalihkan pandangannya dari Varel. Setelah ucapan Varel tadi sepertinya Kyara merasa gugup, aneh.
“Pipi lo merah jadi tambah gemas,” ucap Varel sambil mengacak-acak rambut gadis itu. Kyara menjauhkan tangan Varel yang mengacak-acak rambutnya.
“Gak usah gombal.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANTARA DUA HATI: KYARA BUKAN KEYRA [END]
Teen Fiction[Selesai + Part Masih Lengkap] "𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚." "Ra, lo tadi ke taman?" "Nggak. Dari tadi gue sama Lija di rumah aja, nggak ke mana-mana." "Terus yang tadi gue ajak ngobrol siapa?" "Hah?" *** Kisah ini...