Part 24

153 19 36
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Jika diungkapkan, mungkin banyak yang akan mengatakan bahwa wajah Aila hari ini penuh dengan cerita. Bagaimana garis wajahnya memacarkan aura berbeda dan beragam makanannya. Seperti bahagia, ceria, kesepian, takut, risau, gelisah dan kekecewaan. Semua bentuk itu pun bisa disatukan menjadi ekspresi banyak pikiran. Namun, Aila harus memaksakan seulas senyum untuk menyapa Zaen yang sudah menunggunya di atas motor.

"Maaf lama."

Zaen hanya mengangguk. Kemudian, memberikan Aila helm yang langsung diterima oleh cewek itu. Sesudah siap, Aila lekas menaiki motor Zaen dan memosisikan duduknya senyaman mungkin.

"Peluk aja nggak papa, La," kata Zaen.

"Apa?" tanya Aila, sedikit memajukan wajahnya.

Demi apa pun Aila mendengarnya. Namun, dia nggak percaya. Untuk memastikan, Aila pun bertanya barangkali dia salah dengar atau apa. Sebab selama ini Aila sudah terlalu banyak jatuh cinta sendirian sama Zaen, jadi Aila khawatir hal itu mulai memberinya dampak halusinasi. Halusinasi berupa salah dengar seperti barusan misal. Kaya, halu Zaen memberinya kata-kata manis, atau perhatian, atau gombalan, atau rayuan.

"Pegangan!"

Dan jawaban Zaen berhasil membuat Aila kecewa bukan kepalang, tapi juga mulai khawatir apakah ini menjadi bukti bahwa dia mulai mendapati diri berhalusinasi?

Yah, Aila harap gejala itu nggak akan membuatnya lebih malu lagi. Dia pun mulai berpegangan tangan di tas Zaen, lalu merasakan motor cowok itu mulai melaju.

Sepanjang perjalanan, Aila hanya diam. Seperti biasanya, dia nggak pernah terbesit sesuatu untuk diobrolkan bersama Zaen, karena memang mereka nggak tahu satu sama lain, sehingga kesulitan mencari topik. Mungkin dengan mengetahui kesukaan masing-masing sudah cukup untuk bahan pembicaraan mereka sepanjang jalan atau di saat-saat mereka bertemu.

"Motor belakang kita ngikutin ngga sih, Zaen?" tanya Aila. Sesekali dia menoleh ke belakang, saat melihat sebuah motor tampak mengikuti mereka.

Sebenarnya Aila sempat berpikir positif, bahwa mungkin motor itu kebetulan searah dengan mereka. Namun, Aila memiliki firasat yang kurang oke mengenai itu.

Zaen hanya menoleh sekilas, lalu melirik kaca spionnya hanya untuk melihat kebenaran dugaan Aila. Ada hal dari ciri-ciri motor tersebut yang membuat Zaen menciptakan kerut-kerut kecil di dahinya, sebab memikirkan sesuatu yang familiar.

Langsung saja Zaen mencari-cari tangan Aila, untuk dia arahkan supaya melingkari perutnya. Hal itu bikin Aila syok, tapi lebih syok lagi ketika Zaen menambah kecepatan motornya secara tiba-tiba, bikin Alla spontan memeluk Zaen lebih erat.

Karena jarak tujuan mereka yang nggak terlalu jauh, mereka bisa segera tiba di sekolah, dan melihat motor yang mengikuti mereka terus melaju melewati sekolah Cortofory, setelah menoleh ke dalam sekolah beberapa saat.

"Lo nggak papa, kan?" tanya Zaen. Agak khawatir karena yakin Aila syok. Ditambah dia nggak mendapat respon dari Aila.

Diamnya Aila yang masih duduk di jok belakangnya membuat Zaen menoleh. "La?"

Sontak saja Zaen turun dari motornya supaya bisa mengecek keadaan Aila lebih jelas.

"Bentar Zaen, nyawa gue masih to be continued," jawab Aila akhirnya.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang