Part 12

252 56 21
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Pukul sembilan malam, Zaen baru pulang sehabis nongkrong sama ketiga temannya. Lalu, ketika membuka gerbang rumahnya, Zaen sempat menatap rumah Aila karena teringat obrolan Zavian tadi.

Zavian mengaku bahwa dia memaksa Aila untuk menjadi pacar palsunya. Zavian merasa bersalah karena sudah menempatkan Aila ke dalam posisi serba salah, sebab dia akan dianggap sebagai perusak hubungan orang. Meski sejak menyimak cerita tersebut Zaen hanya diam saja, tapi dia tetap memikirkan kondisi Aila. Dia nggak enak karena tahu Aila terus saja terlibat masalah dengan tiga temannya yang aneh-aneh.

Tiba di dalam rumah, Zaen menaiki tangga menuju kamarnya sambil menenteng jaketnya setelah mengecek kamar sang mama, untuk mengetahui apakah beliau sudah pulang bekerja atau belum.

"Jangan telfon, nanti ada yang dengar. Chat aja ya."

Tiba-tiba Zaen mendengar suara Omarrio di kamarnya. Karena penasaran, dan pintu kamar sang adik terbuka, Zaen pun memutuskan untuk mengintip. Begitu melihat Omarrio sedang berbincang dengan seseorang melalui sambungan telefon, Zaen terkekeh sambil bersedekap dada. Gayanya yang bersandar pada pilar pintu terlihat menikmati komunikasi sang adik dengan entah siapa.

"Ekhem!" Zaen berdehem, sengaja banget mau bikin adiknya kaget. "Telfon siapa?"

"Nggak ada!" Omarrio langsung menyembunyikan ponselnya di bawah bantal, kemudian menyambar buku sekolahnya, pura-pura membaca.

"Masih kecil nggak usah pacar-pacaran. Nanti kalau Mama tahu pasti HP kamu disita!" Zaen yang nggak mempercayai jawaban Omarrio langsung menasihatinya.

"Ya Kakak jangan ngadu dong!"

"Oh, jadi beneran?" tanya Zaen dengan senyum jail. Dia merasa puas telah sukses menjebak Omarrio.

Omarrio terlihat panik. Namun, sebisa mungkin dia menyembunyikan rasa panik dan cemasnya itu. Kemudian dia kembali berujar, "Nggak ya!"

Zaen hanya membulatkan bibirnya serta mengangguk-angguk kecil, pura-pura percaya. Tapi, karena nggak mau mengganggu waktu malam sang adik, dia pun memilih pergi dari sana sesudah menutup pintu.

Kepergian Zaen membuat Omarrio khawatir, karena dia takut sang kakak akan mengadu kepada mama mereka. Sebab itu, Omarrio jadi merasa perlu membuat kesepakatan dengan sang kakak, dengan mengunjungi kamarnya di sebelah.

Namun, saat Omarrio sampai di kamar Zaen, kakaknya itu nggak ada, yang lekas Omarrio tahu jawabannya bahwa sang kakak sedang mandi.

"Dasar jorok, jam segini baru mandi!"

Merasa sia-sia jika dia pergi begitu saja, maka Omarrio memilih untuk menunggu dengan duduk di meja belajar. Niatnya mau buka komputer untuk bermain games, tapi sesuatu yang nggak sengaja ketendang kakinya menarik perhatian Omarrio.

Sebuah kotak berdebu yang terguling menumpahkan isi-isi di dalamnya. Sempat panik karena menendang benda tersebut, Omarrio justru jadi penasaran sama barangnya.

Menemukan surat-surat lucu di sana membuat Omarrio cekikikan, hingga memunculkan sebuah ide jail untuk membalas keisengan sang kakak tadi. Karena nggak mau rencananya ketahuan, Omarrio bergegas pergi dari kamar Zaen, tak lupa membawa kotak berdebu itu bersamanya.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang