Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Zaen menghela napas berat, kemudian melangkah menyusuri lorong koridor, menuju kelasnya. Namun, di pertengahan jalan, dia berhenti, lantaran sosok gadis yang semalam sempat membuatnya kalang kabut dan khawatir berjalan tepat di depannya. Segera saja Zaen mengejar langkah Aila.
"La!" seru Zaen, berusaha mencengkal pergelangan tangan Aila.
Aila yang sempat kaget refleks menghempas tangan Zaen dan mengambil satu langkah untuk menjauh. Namun, melihat Zaen-lah yang ada di dekatnya, Aila langsung merasa bersalah.
"Oh, Zaen. Sori, gue refleks. Agak kaget," jawab Aila, lalu mengelus pergelangan tangannya sebagai reaksi canggung.
Zaen sendiri nggak tersinggung sama sekali. Dia dapat memahami tindakan Aila sebagai reaksi wajar. Lalu, sebelum Zaen menanggapi, Aila bersuara lagi.
"Oh iya, Zaen. Makasih banyak udah bantu gue semalam. Dan kemarin lo bantu klarifikasi soal rumor gue ke orang-orang. Sori, gue cuman bisa berterima kasih doang sama lo." Aila mengatakannya tanpa fokus menatap Zaen. Matanya berpendar tak tentu arah.
Dia merasa nggak enak karena membalas bantuan luar biasa Zaen hanya dengan kata terima kasih.
Anggukan mendahului jawaban Zaen. "Sama-sama. Lagi pula, gue juga harus minta maaf sama lo. Sori banget, semua masalah yang menimpa lo dipicu oleh kecemburuan Stella karena gue. Sori lo jadi korban."
Aila menggelengkan kepalanya. "Lo nggak perlu minta maaf—oh iya." Seperti teringat pada sesuatu yang ingin dia tanyakan, Aila mendongak menatap Zaen. "Kalau boleh tahu, kenapa semalam lo bisa ada di sana?"
"Oh. Semalam gue sebenernya mau ngomong sesuatu sama lo, tapi katanya lo pergi ke rumah temen lo. Pas gue nyampe ke sana, dia malah bilang lo nemuin Bintang," jawab Zaen.
Ah, sesederhana itu. Akhirnya Aila paham dan rasa penasarannya telah terjawab. Namun, "Emang lo mau ngomong sesuatu apa sama gue?"
Zaen terpekur karena jawabannya membawa pada rasa penasaran Aila yang membuat Zaen kembali harus memikirkan niatnya. Awalnya dia merasa nggak perlu berbicara lagi, karena mendadak ragu membelenggunya lagi. Namun, dengan begitu dia jadi merasa plin-plan dan bikin Aila kepikiran terus. Akhirnya, Zaen menghela napas dan menarik tangan Aila lembut, untuk dia bawa ke tempat yang lebih sepi, supaya mereka bisa ngobrol dengan nyaman.
Setelah mendapat tempat duduk di tribun pinggir lapangan outdoor, Zaen dan Aila berhadapan siap berbicara dan mendengarkan.
"Gue mau bahas soal perasaan lo," kata Zaen, nggak mau basa basi lagi.
Mendadak, Aila jadi nggak siap mendengarnya. Padahal kemarin-kemarin dia uring-uringan karena Zaen diam saja. Giliran sekarang Zaen mau membahasnya, Aila malah blingsetan. Namun, karena nggak mau dibilang plin-plan dan labil, Aila berusaha bersikap tenang dan tetap mendengarkan.
"Gue bersyukur disukai sama lo, dan itu bikin gue bahagia, La. Karena jujur, gue juga suka sama lo."
Zaen menjeda ungkapannya karena ingin tahu reaksi Aila. Namun, wajah cewek itu terlihat nggak terkejut sama sekali, sehingga Zaen menebak bahwa mungkin Aila sudah mengetahuinya. Ingin menduga bahwa mungkin perasannya terlalu jelas terlihat, tapi dia punya teman mulut ember yang lebih masuk akal menjadi alasan Aila mengetahui perasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Fiksi Remaja[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...