Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Sempat ingin mencobanya lagi, tapi Aila menyerah saat tahu dirinya nggak bisa tidur. Dia kembali menyalakan lampu kamarnya dan terduduk diam di kasur. Padahal sebelumnya hujan deras ditambah suara petir sesekali terdengar, walau menakutkan, tapi suaranya mampu menenagkan. Biasanya itu bisa menjadi lagu pengantar tidur untuk Aila, tapi nggak kali ini.
Dari mulai hujan turun sampai sekarang sudah reda—mungkin, atau masih gerimis—Aila tetap nggak bisa terlelap. Dia sudah cukup lelah berguling ke sana kemari dan beberapa kali menyalakan lampu lalu mematikannya lagi, begitu terus.
Aila seolah merasa ditunggu. Bukan, tapi menunggu. Bukan juga, tetapi seperti akan ada sesuatu yang menyuruh Aila untuk jangan tertidur terlebih dahulu. Dan ada perasaan yang mengatakan kepada Aila, bahwa ada sesuatu di luar sana.
Memikirkan hal itu membuat Aila telah berada diambang sadar nggak sadar. Saat dia kembali terjaga, Aila merasa beberapa detik yang lalu nyaris menjemput mimpi. Dan dia kembali mencoba terpejam saat dirasa matanya mulai pedih dan berat. Namun, tiba-tiba dering ponselnya yang berbunyi membuat Aila terlonjak kaget.
Dengan tangan yang menjulur meraba kasurnya, Aila berhasil menemukan ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini. Sesaat sebelum mengangkat panggilan yang ternyata dari Zikra itu, Aila menatap sejenak pukul berapa malam ini. Pukul sepuluh malam.
[Udah tidur, Nad?]
Suara Zikra menyapa begitu Aila menggeser tombol hijau.
"Hampir," jawab Aila.
[Jam segini, kira-kira lo masih boleh keluar nggak?]
Dahi Aila berkerut bingung. Namun, tak urung cewek itu mendengus kesal, apakah Zikra bermaksud mengajaknya jalan? Malam-malam begini? Seperti nggak ada hari esok saja, pikir Aila. Dan Aila yang merasa telah menghabiskan waktu beberapa detik untuk terdiam setelah mendapat pertanyaan dari Zikra pun berdehem.
"Kenapa emang?" Tak menjawab. Aila justru menjawab pertanyaan Zikra dengan pertanyaan lain.
[Mau nggak gue jemput?]
Seharusnya Aila nggak bingung dan nggak heran. Tapi gede rasa, seperti Zikra terlalu ngebet mengajak dia jalan atau semacamnya. Namun, anehnya Aila merasa ada sesuatu. Sesuatu yang telah menunggu dan ditunggu olehnya selama dia nggak bisa tidur sejak tadi. Dengan adanya perasaan itu, entah mengapa membuat jantung Aila seperti berdentum sangat keras.
"Lo mau ngajak gue nongkrong? Ya ampun, Zikra, kaya nggak ada besok aja!"
[Nggak, Nad!]
"Lo mau bawa gue ke mana emang?" Aila bertanya. Intonasinya lebih rendah dari sebelumnya saat firasatnya mulai memburuk.
[Rumah sakit. Gue rasa lo perlu dan pantes buat jadi orang pertama yang dihubungi setelah temen deket Zaen.]
Rumah sakit? Zikra mengatakan rumah sakit dan menyebut nama Zaen diakhir kalimat cowok itu. Lalu apa maksudnya? Jawaban Zikra sangat mudah ditebak untuk golongan tebakan buruk dan sukses menciptakan dentuman lebih keras lagi pada jantung Aila.
[Zaen kecelakaan.]
Zikra kembali bersuara, karena Aila nggak merespon, dan Zikra tahu pasti cewek itu sedang mencerna dalam-dalam ucapannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Teen Fiction[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...