Epilog

310 16 26
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Awalnya saja sudah terkejut, tapi semakin terkejut begitu tahu siapa yang mengagetkannya barusan. Sebenarnya nggak bisa dibilang mengagetkan, karena Aila hanya mendapat satu tepukan pada pundaknya. Namun, wajar dia kaget karena tepukan itu didapatkannya secara tiba-tiba.

Begitu menoleh, dia lebih terkejut melihat siapa orang yang menepuk pundaknya itu. Aila mengenalnya. Dia pernah bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu. Sungguh mengejutkan dia bertemu lagi setelah sejauh ini nggak pernah melihatnya lagi. Aila masih ternganga, sedangkan orang itu tersenyum sumringah melihat Aila.

"Nak Nada?"

"I-iya?" jawabnya dengan ragu serta nggak yakin.

"Lama sekali nggak bertemu, ya? Tapi masih sama Zikra, kan?" tanyanya masih mempertahankan senyumannya.

Aila masih berusaha mencerna situasi, tapi malah diberi pertanyaan seperti itu. Ini sudah tiga tahun berlalu, bagaimana bisa beliau menanyakan hal itu?

Meski kebingungan, Aila merasa haru karena beliau masih mengenalinya. Maksudnya, Aila kira selama ini dia mudah dilupakan.

"Ah iya, Tan," jawab Aila pada akhirnya, meski cukup terlambat.

"Kalian masih sama-sama kok nggak pernah mampir ke rumah sih?" tanyanya.

Hah?

Aila ternganga, sedang memahami apa yang terjadi. Buru-buru dia mengingat apa yang baru saja dikatakannya, karena dia menduga telah membuat beliau salah paham. Dan dia pun menemukan bahwa jawaban 'ah iya, Tan'nya itu dianggap sebagai jawaban dari pertanyaan beliau seputar hubungannya dengan Zikra. Seketika Aila panik menyadari itu. Padahal jawabannya adalah tanggapan dari kalimat bahwa mereka sudah lama nggak bertemu.

Meski sudah menyadari itu, Aila tetap kesulitan mengklarifikasi. Karena jika beliau menanyakan hubungannya bersama Zikra, itu artinya Zikra belum menjelaskan apa-apa seputar hubungan mereka ke uminya ini. Seperti mengatakan bahwa mereka sudah putus atau apa. Aila jadi bingung harus mengatakan apa. Dia khawatir jika berkata jujur akan menyulitkan Zikra, kalau-kalau masih ada yang coba Zikra sembunyikan dari uminya ini.

"Dasar Zikra!" Aila membatin kesal.

Namun ini sudah tiga tahun berlalu. Masa iya Zikra masih mengklaim dirinya sebagai pacar kepada uminya?

"Tante sendiri?" Aila malah mengalihkan topik. Padahal terlalu kentara, tapi Umi Zikra terlihat nggak terganggu oleh sikapnya itu.

Aila memilih nggak membahasnya karena takut salah bicara.

"Sama Kak Zahra. Kakaknya Zikra itu loh. Nak Nada masih ingat?" jawab Umi Zikra.

"Ehm, masih kok, Tan." Aila menjawab. Agak ragu.

"Tapi dia malah misah sama teman-teman rohisnya," kata Umi Zikra. Senyumnya nggak pernah luntur sejak mengobrol dengan Aila.

Sedangkan Aila bertanya-tanya dalam benaknya. "Ha? Rohis itu apa maksudnya?"

Pertanyaannya itu membuat Aila mencelus. Dia merasa nggak tahu apa-apa selama ini. Seolah dirinya nggak terlalu mendalami ilmu agamanya sendiri. Dia pun mulai merasa ada perasaan aneh timbul di dadanya.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang