Memiliki sisi rapi, kamar Zaen nyaris nggak pernah ada benda-benda berserakan. Semuanya tersusun di tempatnya, dan sungguh indah pemandangan kamar Zaen jika dilihat-lihat. Semuanya oke, dan wangi.
Karena itu, ketika sekotak benda penuh debu muncul di bawah kolong meja belajarnya, stelah Zaen nggak sengaja menyenggolnya cukup menarik perhatian cowok itu untuk mengambilnya.
Seketika Zaen memaki saat tangan bersihnya sehabis mandi penuh debu. Namun, tetap saja dia membuka tutup kotak itu untuk mengetahui isinya, sebab Zaen lupa. Dia sungguh penasaran kenapa ada kotak itu di bawah kolong meja belajarnya.
Begitu mengetahui isinya, yang adalah sekumpulan surat cinta membuat Zaen meringis. Dia jadi teringat sejarah surat itu, yang akhirnya enggan dia ingat-ingat. Dengan demikian, Zaen kembali menutup kotak tersebut, dan kembali dia simpan di bawah meja belajar. Walau sekelebat ingatannya tentang Bintang sang teman lama hampir dikenang olehnya, Zaen memutuskan untuk langsung melupakannya.
"Zaen! Sarapan dulu!" teriak sang mama.
Bergegas Zaen meninggalkan kamarnya menuju lantai bawah, ruang makan yang sudah penuh makanan. Ada Omarrio—adiknya yang sudah duduk manis menyantap sarapannya.
"Mama masaknya kebanyakan. Bagi ke tetangga depan ya, Zaen?"
Zaen yang baru saja duduk sontak menatap Omarrio yang pura-pura sibuk dengan sarapannya. Namun, tatapan Zaen itu seolah mengusik firasat Omarrio, sehingga cowok yang lebih muda lima tahun darinya itu mendongak menatap Zaen dengan wajah kesal.
"Bisa nggak sih, kalau Kakak yang disuruh nggak usah ngalihin ke Rio?" Omarrio langsung keki.
"Nggak bisa," balas Zaen sekenanya, dia mulai mengambil sarapannya.
"Jangan ribut tolong! Buat siapa saja yang sayang Mama, nggak mau membiarkan Mama yang turun tangan, kasih ini ke tetangga depan!" potong mama mereka sebelum keributan jauh lebih besar.
"Biasanya sih, yang inisiatifnya paling menyentuh naluri Mama ya seorang abang!" kata Omarrio, beralasan.
Zaen menatap adiknya dengan mata redupnya yang tajam. Tapi Omarrio yang bisa meniru sikap kakaknya, membalas tatapan Zaen nggak kalah tajam, bahkan dia nggak memperlihatkan rasa hormatnya kepada Zaen yang lebih tua darinya. Yang artinya, keengganan Omarrio sudah nggak bisa dinego.
Berdirilah Zaen dengan rasa enggan yang kentara. Dia mendesah sambil mengambil kotak makan yang sudah disiapkan oleh mamanya. Dia jadi ingat, dulu sekali, mamanya juga sering membagi makanan yang beliau buat untuk tetangga depannya. Namun, setelah tetangganya pindah, hal itu sudah nggak dilakukan lagi, sampai akhirnya rumah itu kembali terisi dan mamanya kembali beraksi.
Zaen mengetuk pintu rumah di depannya dengan lelah. Tangannya sudah cukup panas beradu dengan pintu yang tak kunjung dibuka juga. Sempat ingin menyerah dan kembali ke rumah, tapi melihat ada pergerakan dari gangang pintu membuatnya mengurungkan niat kembalinya.
"Hmm?"
Aila yang sudah dia kenal belakangan ini muncul dengan muka bantal, tangannya mengaruk-garuk kepala sementara rambutnya mekar kaya singa. Bahkan matanya nggak sepenuhnya terbuka, seolah dia jalan masih dalam keadaan tidur.
Zaen menarik napas dengan keras, kaya orang frutrasi hanya karena cewek aneh di depannya. Dia bahkan sampai nggak tahu harus melakukan apa untuk menegur Aila. Dan pada akhirnya, keputusannya membawa Zaen untuk menarik tangan cewek itu supaya menerima kotak bekalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Teen Fiction[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...