Part 28

107 10 7
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Semenjak Kak Lila dipanggil ke sekolah, mereka belum pernah bertegur sapa sampai sekarang. Rumah kecil itu semakin sepi, karena keduanya yang saling mendiamkan satu sama lain. Dan Aila, dia nggak tahu harus memulai awal bagaimana untuk memperbaiki keadaan mereka saat itu. Jujur, Aila sangat sedih dan kecewa dengan keadaan mereka yang seakan seperti orang asing, sampai-sampai Aila sendiri nggak nyaman berada di rumahnya.

Merenungi hal itu membuat Aila melirik figura kecil yang berada di atas meja belajarnya. Di foto itu terlihat potret sang Ibu dan Aila. Namun, yang membuat foto itu tampak menyedihkan karena itu hanya editan. Aila belum pernah digendong oleh sang Ibu setelah kelahirannya hingga saat itu, Aila berinisiatif mengedit foto bayinya agar terlihat berada di gendongan ibunya.

"Kak Lila marah sama Aila, Buk. Aila harus gimana?" tanya Aila menatap figura itu, yang hanya ditanggapi potret senyum ibunya.

Aila lekas bangkit dari duduknya, lalu keluar kamar untuk segera berangkat ke sekolah, meski suasana hatinya sedang nggak baik-baik saja. Ditambah, setelah dua kali membuat masalah dengan Stella, Aila jadi gelisah setiap hendak berangkat sekolah. Dia jadi selalu bertanya-tanya, "Masalah apa lagi untuk hari ini?"

Aila memiliki firasat yang nggak baik setiap harinya semenjak kembalinya Stella ke dalam ranah kehidupan Aila. Ada banyak kemungkinan buruk yang membuat Aila khawatir.

"Pagi!" sapa Zaen.

Saking fokusnya dengan isi pikiran, Aila sampai nggak sadar bahwa Zaen sudah berada tepat di depan rumahnya. Cewek itu sesekali menatap Zaen sambil mengunci pintu rumah.

"P-agi," balas Aila, agak gugup.

Semenjak insiden Stella pingsan di kantin, dan Aila diculik Bintang, mereka belum berinteraksi lagi. Kemarin pun di kelas mereka nggak saling bertegur sapa, membuat Milly sempat bertanya apakah mereka putus hubungan pura-pura mereka atau belum.

"Bareng gue, ya?" tawar Zaen dengan nada yang seakan berharap Aila menerima tawarannya.

Aila tampak bingung dan canggung. Bagi Aila, hubungan mereka sudah nggak jelas, setelah hari di mana Aila membuat Stella pingsan lagi di kantin. Saat itu Aila langsung berspekualsi bahwa mungkin Zaen mulai nggak menyukainya, enggan dekat dengannya dalam bentuk apa pun, seperti teman apa lagi pura-pura pacaran.

Aila sudah khawatir sepanjang waktu bahwa Zaen mungkin telah menganggap Aila sebagai gadis ceroboh dan nakal. Meski Zaen sempat menolong Aila pas diculik Bintang, itu nggak berarti apa-apa, karena Aila pikir sudah semestinya Zaen akan menolong. Sebab masalah itu kan disebabkan olehnya, jadi sudah sewajarnya Zaen bertanggung jawab. Jadi bukan serta merta karena Zaen masih peduli padanya.

Padahal, Aila juga merasa sedang ingin menjaga jarak dengan Zaen. Sebab banyak hal yang harus dia renungan lebih dulu, lalu akan dia bicarakan kepada Zaen. Terutama masalah Stella. Namun, secara nggak terduga, Zaen malah nongol di depan rumahnya.

"Zaen," panggil Aila lirih dan ditanggapi tatapan teduh oleh Zaen. "Kita ...."

"Gue rasa kita emang perlu bahas hal itu. Jadi, jangan menghindar dari gue, ya, La. Kita perlu bicara. Tapi nggak sekarang, nanti di sekolah," sela Zaen memotong ucapan Aila yang terjeda.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang