Part 46

117 11 10
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Pukul tujuh malamnya, Zaen sudah membawa Aila bersamanya ke taman kota, yang malam itu sangat ramai dikunjungi oleh beberapa pasangan muda-mudi, dan segenap keluarga bahagia bersama anak-anaknya yang ikut serta menemani mereka. Aila dan Zaen termasuk ke dalam golongan muda-mudi itu.

Sebelumnya, mereka sempat pergi ke rumah makan. Rumah makan yang sama seperti rumah makan pertama yang mempertemukan mereka secara khusus. Berdua. Tempat yang juga menunjukkan Aila fakta pahit tentang sosok Zaen Khaze dengan kalung salip mengkilapnya. Pada saat Aila kembali ke sana, jantungnya seakan kembali digerogoti oleh fakta dengan titian pilu itu.

Karena sudah makan malam, Zaen dan Aila nggak tergiur oleh beberapa makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima, yang juga ramai di sana, berjejer sepanjang tepi taman kota.

"Ternyata asik ya main di sini," kata Zaen, mengiringi mereka berdua yang mulai mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi besi taman itu.

Aila mendengus. "Mainnya di starbucks mulu sih," ucap Aila. Mengejek pergaulan Zaen.

Zaen terkekeh mendengarnya. Namun, hanya sekejap karena setelahnya dia lebih memilih menyelami isi pikirannya yang sudah terkumpul beberapa kalimat untuk dia ucapkan kepada Aila nanti, atau beberapa detik lagi.

Pada saat dia masih mencoba menyusun kata-kata, dan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya, tiba-tiba lagu Fly Me to the Moon mengalun, seakan memberi Zaen backsound. Bukannya merasa romantis, atau manis atau apa yang sesuai dengan lagu, Zaen justru merasakan perasaan aneh yang janggal. Ada kesan suram yang coba vibes lagu itu antarkan padanya.

Zaen pun menoleh, memperhatikan segerombol pemusik yang sedang duduk membundar nggak jauh darinya. Di situlah lagu Fly Me to the Moon mengalun.

Nggak mau terlalu larut dalam dilema, akhirnya Zaen mengembalikan perhatiannya ke arah Aila, yang sedang menggerakkan tubuhnya karena menikmati musik yang terdengar.

"Gue pernah cerita soal keluarga gue, kan?" Akhirnya Zaen memulai obrolan.

Aila menyambut wajah Zaen yang menoleh menatapnya, lalu sebuah anggukan tercipta dari kepala cewek itu.

"Biar gue jelasin lebih rinci lagi," katanya.

Aila sendiri nggak tahu apa alasan Zaen ingin menjelaskan tentang keluarganya dengan lebih rinci, padahal siapa pun tahu, itu termasuk hal yang sangat privasi.

"Mama ketemu Papa di Italy. Papa orang sana dan mereka menjalin hubungan sampai menikah di sana. Gue juga dilahirin di sana, tapi kami pindah ke Indonesia karena Nenek gue yang dari Mama sakit-sakitan, bikin kami menetap selama nenek sakit. Akhirnya, pas Nenek meninggal, kami memutuskan buat tinggal di sini aja." Zaen mulai menjelaskan.

"Awalnya hubungan keluarga kami baik-baik aja, dan menganggap keluarga kami nggak akan ada masalah. Tapi anggapan gue salah. Papa kenal orang baru, dan jatuh cinta sama orang itu. Mereka menjalin hubungan diam-diam di belakang Mama, selagi Mama hamil Omarrio."

Zaen menjeda sejebak sebelum melanjutkan, "Perselingkuhan mereka ketahuan Mama, bikin Mama syok sampai kontraksi dan akhirnya ngelahirin Omarrio sebelum waktunya. Tapi, walau begitu, syukurnya Omarrio nggak kenapa-napa, dia tumbuh jadi anak yang sehat, tapi nyebelin." Zaen mengakhirinya dengan kekehan.

Aila nggak bisa ikut terkekeh karena nggak suka sama situasi yang diciptakan oleh Zaen. Dia terlihat ingin mengenang alih-alih menceritakan.

"Berat banget pasti buat kalian," jawab Aila. Dia sampai baru menanggapi beberapa detik setelahnya, karena saking terhanyutnya dengan cerita Zaen. Ternyata Tante Widya sehebat dan sekuat itu. Aila jadi kagum.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang