Part 26

110 11 14
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Gue, kan, cuman nyuruh bawa cewek Zaen doang?"


"Tadinya gue mau bawa satu doang, tapi yang dua ngikut!"

"Biasalah, anak cewek."

Bintang mendelik saja, lalu menatap Aila. Ya. Benar dialah cewek yang dekat dengan Zaen, setahu Bintang. Dia pernah melihatnya saat hampir menabrak mereka di depan gerbang masuk komplek rumah Zaen. Mengetahui Zaen nyaris memukulnya karena dia hampir membahayakan cewek yang cowok itu bonceng, Bintang jadi menduga-duga.

Sudah lama mereka nggak bertemu. Walau Bintang yakin Zaen akan mau-mau saja diajak bertemu secara baik-baik, tapi Bintang lebih tertarik mencari perkara dengannya. Dia penasaran dengan reaksi mantan sahabatnya itu, jika mengusik cewek yang disukainya—begitulah anggapan Bintang—apa yang akan dilakukan oleh Zaen. Sebab setahu Bintang, Zaen nggak pernah peduli dengan cewek.

Bintang ingin tahu seperti apa efek cewek tersebut untuk Zaen. Cewek seperti apa sih yang bisa bikin Zaen suka, padahal dia saja menolak Stella dulu. Dan itulah yang masih membuat Bintang kemusuhan sampai sekarang. Seperti, Bintang merasa tersentil ego dan gengsinya. Dia ditolak Stella, sedangkan Zaen yang dengan mudah bisa mendapatkan Stella justru menyia-nyiakannya. Bintang sungguh kesal, karena baginya, sikap Zaen itu seakan menjatuhkan harga diri Bintang.

Kemudian, Bintang menghampiri tiga cewek yang dibawa oleh teman-temannya itu. Sebenarnya hanya mengarah ke Aila. Mereka nggak diikat, nggak dibekap apa lagi dibius. Mereka dibiarkan duduk anteng di sebuah sofa, sedang Bintang duduk di sofa seberang.

"Lo pacar Zaen?" tanya Bintang, berusaha ramah agar mereka nggak perlu takut.

Aila bingung, apakah dia perlu mengaku yang sebenarnya kepada cowok yang ternyata mengenal Zaen itu atau enggak. Aila nggak tahu apakah dia penting atau enggak. Namun, dari pada itu, Aila lebih takut dan kaget bahwa ternyata dekat-dekat dengan Zaen bisa membawanya ke dalam bahaya. Ditambah, teman-temannya ikut menjadi korban.

"Nggak usah dijawab," bisik Milly. Agaknya dia menebak lambatnya Aila merespon karena dia nggak tahu harus jujur atau enggak. Sebab fakta hubungan mereka yang hanya pura-pura harus dirahasiakan.

Bintang jadi melirik Milly karena telah mencuci otak Aila, tapi dia nggak ngapa-ngapain. Hanya mengulas senyum miring, lalu mengembalikan perhatiannya kepada Aila.

"Zaen itu...," ucap Bintang. Matanya menerawang jauh, seperti ingin berkisah. "Banyak yang suka sama dia. Terutama gebetan gue."

"Menurut lo, apa yang bikin cewek-cewek suka sama dia?" tanya Bintang, menatap Aila tapi kelihatan nggak butuh-butuh amat sama jawabannya.

Selain Bintang tahu Aila nggak mau menjawab juga karena Bintang nggak membutuhkannya. Dia akan menanggapinya sendiri. "Karena ganteng. Karena pintar. Karena keren. Karena baik."

"Tapi tahu nggak?" tanya Bintang lagi.

Seolah hanya ingin berbicara sendiri, dia nggak memberikan kesempatan siapa pun untuk menyelanya. Jadi, dia terus berbicara sendiri, tapi menuntut Aila untuk mendengarkannya baik-baik.

"Nggak banyak yang tahu sifat asli Zaen. Dia itu sebenarnya cowok urakan, nggak jelas, suka berantem, mabok-mabokan dan ikut geng-geng yang nggak jelas. Jadi, dia suka tawuran—"

"Nggak perlu lo jatuhin nama baik Zaen, karena gue nggak peduli," sela Aila karena nggak tahan mendengar hal-hal buruk tentang Zaen.

"Jadi, lo tetap suka sama dia meski dia—"

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang