Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Aila merasa hari ini adalah awal kesialannya selama bersekolah di SMA Cortofory, walau kesialannya itu datang karena kesalahannya sendiri akibat terlambat masuk kelas. Dan konsekuensi yang Aila dapat ialah hukuman. Kini Aila tengah memunguti sampah, sebagai bentuk hukumannya.
Sedangkan Milly, gadis yang juga terlambat bersamanya terbebas dari hukuman, karena saat itu tiba-tiba Milly di panggil ke ruang OSIS.
Lima belas menit lagi jam pelajaran berganti dan Aila masih harus mengecek halaman belakang sekolah yang sepertinya akan lebih banyak sampah. Dan begitu Aila sampai di sana, sosok Zion menyambutnya. Cowok itu bersandar pada pilar bangunan dengan tangan kiri yang masuk ke dalam saku, sedangkan tangan kanannya yang terangkat tinggi sampai wajahnya terselip sebatang rokok yang terlihat masih baru.
"Gue kira ada peraturan dilarang merokok di sini!" seru Aila sukses membuat Zion menoleh. Dan wajahnya yang penuh lebam membuat Aila terkejut.
"Emang," jawab Zion dengan cuek.
"Terus kenapa lo ngerokok kalau tahu itu dilarang? Padahal masih ada waktu sampai lo pulang buat ngerokok, nggak harus di sekolah yang jelas-jelas ngelarang muridnya ngerokok," kata Aila mulai melangkah mendekati Zion dengan karung sampah yang dia tenteng.
"Kenapa lo yang ribet?" tanya Zion. Nada cueknya masih terdengar dingin dan membuat Aila nggak nyaman seketika.
"Gue cuman ngomong doang. Udah tugas manusia juga saling mengingatkan," jawab Aila mulai menyikapi Zion sama cueknya seperti cowok itu.
"Sopan lo, ngeliatin gue kaya gitu?" tanya Zion, saat menyadari Aila menatapnya dengan penuh curiga.
Ya, Aila memang curiga. Curiga ada yang salah dari sikap Zion padanya. Walau sejak bertemu Zion, cowok itu bukannya ramah atau apa, tapi hanya galak. Nggak cuek mendekati benci. Benci yang benar-benar benci, sampai terlihat nggak mau memedulikan keberadaan Aila.
"Lo ... kenapa?" Akhirnya Aila bertanya, tentang sikap aneh Zion sekaligus lebam di wajahnya.
Diamnya Zion membuat dugaan Aila kian terbukti benar, bahwa sikap Zion berbeda. Aila yakin ada yang salah darinya, yang mungkin membuat cowok itu marah.
Nggak mau dibikin malu karena terus dicuekin, akhirnya Aila melenggang pergi, nggak peduli lagi sama sampah-sampah belakang sekolah yang seharusnya dia pungut.
Kepergiannya itu membawa rasa hampa dan khawatir atas sikap Zion padanya. Aila merasa khawatir kalau Zion sampai marah padanya. Namun, Aila merasa nggak berbuat salah, atau dia nggak sadar?
"Gini ya rasanya kalau ngerasa ada salah tapi ngga tau salahnya di mana?"
***
"Ribut lagi tu bocah?" tanya Zikra.
Zaen yang menjadi pusat pertanyaan melirik Zion yang berdiri jauh darinya. Mereka sedang berada di lapangan sekolah, dan saat itu Zion hanya memainkan bola basketnya sendiri, sedangkan ketiga temannya hanya duduk menonton di tribun.
"Iya kali," jawab Zaen, setelah fokusnya kembali kepada dua temannya.
"Emang lo nggak bareng dia kemarin?" kini Zavian yang melontarkan pertanyaan, dan hanya dijawab gelengan kepala oleh Zaen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Teen Fiction[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...