Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━"Gue perlu ngobrol sama lo," ucap Aila. Dia membiarkan dirinya dan Zion berhenti di lahan rumah sakit.
Mumpung momennya pas, Aila merasa perlu mengobrol dengan Zion tentang hal-hal yang mengganggu pikirannya belakangan ini.
Zion sejenak menatap sekeliling hanya untuk mendapati diri mereka berdiri di tempat yang kurang nyaman untuk mengobrol. Lalu Zion mengangguk.
"Oke, tapi nggak di sini."
Zion pun membawa Aila ke taman rumah sakit. Taman yang nggak seberapa luas hanya memiliki beberapa kursi yang sudah diduduki pasien. Karena itu, Zion dan Aila memutuskan untuk mengobrol sambil berjalan mengelilingi taman. Dan sebelum membuka obrolan, Aila menatap sejenak gereja yang terdapat di sisi barat rumah sakit sebagai bentuk pengalihan, karena Aila mendadak bingung harus memulai pembahasan dengan bagaimana.
Sementara Zion malah terlalu menikmati suasana, sehingga nggak berniat memancing apa yang hendak Aila bicarakan dengannya.
Namun, beberapa menit kemudian akhirnya Aila menghela napas. "Gue merasa perlu tahu alasan lo begitu marah sama Bintang setelah tahu tentang masalah kami malam itu."
Sebelum membiarkan Zion menjawab, Aila menambahkan, "Gue agak bingung, karena toh masalah itu udah berlalu pas lo tahu. Jadi seharusnya nggak perlu dimasalahkan lagi."
"Karena gue peduli sama lo." Zion terlihat nggak kesulitan menjawab.
"Thanks. Gue menghargai banget itu, tapi... gue merasa lo nggak seharusnya sampai segitunya." Aila mengatakannya dengan hati-hati, khawatir ucapannya terkesan nggak menghargai niat baik Zion yang peduli padanya.
Mengetahui Aila nggak memahami apa yang Zion rasakan membuatnya sedikit sedih dan kesal. "Lo mana tahu kalutnya gue sama masalah lo. Lo mana tahu murkanya gue pas tahu lo kemungkinan dipukul Bintang!"
"Ya tapi kenapa? Kenapa sampai segitunya gitu loh?" tanya Aila masih saja belum memahami tindakan Zion yang membuatnya nggak habis pikir.
"Karena gue mulai suka sama lo!" jawab Zion tegas, dan hal itu sukses membungkam Aila.
"Alasan gue marah sama lo karena jadian sama Zaen, alasan gue peduli sama lo, alasan gue perhatian sama lo, itu karena gue suka sama lo, dan lo nggak sadar itu!" lanjut Zion. Kini cowok itu memutuskan untuk mencurahkan isi hatinya yang telah lama terpendam.
"Jadi cewek yang lo suka—"
"Itu lo!" Zion langsung memotong ucapan Aila. "Cewek yang gue suka, tapi dia suka orang lain itu lo."
Aila semakin bungakam dibuatnya. Sehingga nggak ada satu patah kata pun yang muncul di otaknya guna menanggapi dan merespon pengakuan tiba-tiba dari Zion. Mereka bahkan sudah berhenti di tengah-tengah taman rumah sakit.
Kepalang ngaku, Zion menuntaskan ungkapannya. "Sekalipun gue sadar kalau lo keki sama gue, gue tetep bisa suka juga sama lo."
"Zion ...."
"Sebenarnya gue bakal diem sampai perasaan gue ke lo hilang sendiri. Gue nggak mau ngebebanin lo dengan perasaan gue ini. Gue nggak mau bikin lo kepikiran karena nggak bisa ngebales perasaan gue. Tapi hari ini lo sukses mancing gue. Jadi gue mesti gimana?"
Entah mengapa setetes air mata meluruh, lolos meluncur di permukaan pipi merahnya. Aila masih saja nggak tahu harus menanggapi dengan kata-kata apa. Saat ini dia masih berusaha menyusun kata yang tepat untuk merespon pengakuan dari Zion.
"Nggak usah jawab. Gue tahu lo bingung!" ucap Zion mengerti.
Lalu tanpa berkata-kata lagi, cowok itu bergerak melanjutkan langkahnya. Aila masih terdiam hingga dia tertinggal beberapa langkah dari Zion, dan kemudian menyusulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Ficção Adolescente[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...