Part 47

116 10 11
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Menurut lo, kenapa ceweknya pergi?" bisik Aila bertanya.

Wajahnya yang nggak begitu jelas dan hanya tersorot cahaya layar bioskop, membuat Zaen nggak begitu puas memandang Aila.

"Ada something?" Zaen justru balik bertanya.

"Ya apa?" tanya Aila lagi.

Zaen mengedikkan bahunya tanda nggak tahu dan nggak mau menebak. Karena dia bukan tipe penonton yang suka menebak alur. Dia hanya akan menikmati alurnya dan membuatnya terkejut saat ada plot twist.

"Nebak alur bikin gue nggak menikmati filmnya," jawab Zaen memberi pernyataan lain.

"Ooh? Oke, oke," ucap Aila, beralih fokus dari wajah Zaen ke layar bioskop yang masih menanyakan sebuah cerita selama setengah jam.

Zaen nggak lagi mendengar celotehan Aila seperti yang dia dengar selama setengah jam terakhir, dan yang dia dengar sekarang hanya suara kunyahan gadis itu yang sedang memakan pop corn.

Cewek yang sedang dia pandang lekat-lekat sesekali bergumam nggak jelas. Sepertinya Aila tipe penonton yang selalu berkomentar setiap adegan, dan kali ini teman nonton Aila kurang cocok karena dia tipe orang yang nggak suka berkomentar. Lebih suka diam menikmati alur sampai ending nanti, sehingga saat ini Aila berguman sendiri, mengomentari setiap adegan kepada diri sendiri.

"Oh? Dia kembali." Dengan netra yang masih fokus menatap layar bioskop, Aila bersuara. Bukan kepada siapa-siapa, itu spontan keluar dari mulutnya.

"Dan, ending," imbuh Zaen. Tepat setelah itu text bertuliskan 'selesai' muncul di layar besar itu.

"Ah, iya bener selesai," ujar Aila.

Aila nggak segera beranjak, membuat Zaen juga tetap bertahan di kursinya selama Aila melamun. Cewek itu masih menatap layar bioskop yang menampilkan text berjalan naik dengan isi siapa saja pemain dan nama-nama tim produksi serta siapa saja yang ikut berkontrbusi dalam pembuatan film tersebut. Namun untuk saat ini, wajah Aila tampak jelas terlihat sebab lampu bioskop sudah dinyalakan.

Sedangkan Aila, dia sudah mulai merenung setelah menonton film tadi. Andai saja Zaen benar-benar akan kembali nanti, seperti yang berada di film.

"Udah, La!" seru Zaen menyadarkan Aila.

"Eh? Iya, iya," jawab Aila dan buru-buru bangkit dari duduknya.

Mereka melangkah bersisian menuju pintu keluar bioskop.

***

Malam pukul tujuh. Mereka ternyata sudah menghabiskan waktu berjam-jam dan nggak sadar saat keluar dari mall, hari sudah berubah menjadi gelap. Nggak mau berlama-lama lagi, mereka pun memutuskan untuk pulang, mengingat tadi mereka langsung pergi tanpa pulang terlebih dahulu.

Bagi Aila, untung Kak Lila pulang kerja jam delapan malaman biasanya, karena nyaris setiap hari disuruh lembur. Jadi, begitu nanti dia sampai rumah, dia nggak perlu memberikan alasan kepada kakanya tentang ke mana dia pergi setelah pulang sekolah, bahkan sebelum pulang ke rumah terlebih dahulu.

Di dalam mobil, sepanjang jalan menuju rumah mereka, nggam ada yang bersuara. Mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Dan Aila, dalam lamunanya itu, mendadak memiliki sekelebat pemikiran yang mungkin bisa menghalau kegundahannya untuk beberapa jam ke depan.

"Ini boneka gue bawa semua?" tanya Aila menunjukkan tiga boneka sekaligus yang sudah dia dekap ke dalam pelukannya.

Zaen mengangguk. Lagi pula, jika bukan untuk Aila, untuk siapa lagi? Di keluarnya dia nggak punya saudara perempuan, hanya saja ada mamanya. Tapi nggak mungkin mamanya masih tergiur dengan boneka semacam itu.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang