Part 17

186 33 14
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Nyaris saja Aila menikah dengan Zaen, tapi dering ponselnya menyadarkan Aila bahwa itu hanya mimpi. Lekas saja Aila memaki, lalu mengambil ponselnya untuk mengetahui siapa yang menghubunginya.

Aila pun berdecak begitu mengetahui Sheva-lah yang meneleponnya.

"Halo?"

[Lo inget sama gebetan gue?]

Sekejap Aila memejamkan mata, seolah pertanyaan Sheva yang tanpa basa-basi itu menyerangnya.

"Yang waktu itu lo ceritain?"

[Iya!]

"Inget!"

[Dia chat gue!]

"Demi? Lo pakai doa apa? Gue mau make juga!" Aila merespon sama hebohnya.

[Mana ada. Nggak make doa apa-apa gue. Cuman nyebut nama dia doang habis sholat. Hahaha!]

"Yah. Gue mau nyebut nama Zaen, tapi dia bukan hamba Allah," kata Aila malah curhat.

Ada sedikit guratan getir yang terlihat di wajahnya, yang coba dia pulihkan agar baik-baik saja. Aila nggak menampik, masih saja merasa nggak rela jika cowok yang dia cintai tanpa alasan itu, nggak bisa dimilikinya—meski dia akan berjuang hingga titik darah penghabisan sekalipun. Tapi baru saja merencanakan perjuangannya, dia sudah dihadang untuk putar balik.

[Dih! Eh, mau tau nggak?]

"Iya sinilah cerita!" jawab Aila.

Ceritalah Sheva dari awal mula dia di-chat tiba-tiba oleh cowok yang Sheva taksir itu. Cerita itu mengalir dengan lancar, sampai bagian Sheva yang kesenangan karena diajak jalan.

"Ya udah sana, iyain!" Aila memberi saran penuh dukungan.

[Hehe, tapi lo gantiin gue jadi GF rent, ya?]

"Lah?" Aila sampai menjauhkan ponselnya setelah mendengarkan permintaan itu. "Bukannya lo bilang mau berhenti, ya?"

[Mau doang, kan? Bukan bakal. Jadi baru rencana.]

"Lah, bangsat!"

Sheva malah cekikikan di seberang sana. [Ya, Ai. Terakhir kok ini. Serius deh, habis ini gue beneran mau udahan. Serius, bukan sekadar "mau" tapi betulan niat!]

"Ah, gue mulu. Cobalah nyuruh si Jeruk tuh! Dia, kan, masih bestie lo!" Hitung-hitung biar Stella sibuk, supaya nggak ganggu-ganggu Zaen lagi.

[Ye, enggak ya. Semenjak dia ngerebut Derbi dari lo, gue nggak kawan lagi sama dia. Ai, plis...mau ya?]

"Duh, males banget!"

[Plis, Ai...]

Permohonan Sheva yang penuh dengan kemelasan itu bikin Aila mendesah, karena dia jadi nggak bisa nolak.

"Oke deh."

[Njir, makasih banyak, Ai. Gue sayang banget sama lo. I love you, Ai. Muach! Muach! Muach]

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang