Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Beberapa hari sebelumnya...
"Waktu itu, Papa telfon Mama."
Hening. Setelah sang mama mengatakan itu, nggak ada pergerakan dari Zaen, pun dari mamanya juga. Bahkan Omarrio juga terdiam di sofa dengan mata yang tak lepas menatap kakaknya dan sang mama bergantian.
Hari itu memang nggak ada pembahasan lebih lanjut mengenai hal itu, tapi dua hari setelahnya, Mama kembali bersuara. Menyinggung soal telfon dari papa anak-anaknya.
"Kalau kamu udah sembuh, Papamu mau kamu terbang ke Italy, sama Omarrio juga," ucap Mama.
"Papa kalian mau liat Omarrio. Papamu kangen kalian. Dia khawatir sama kamu Zaen," lanjutnya.
Zaen nggak menanggapi. Masih menunggu mamanya meneruskan ceritanya, tanpa berniat untuk menyela.
"Papa kalian ... minta rujuk sama Mama."
Zaen tercenung selama beberapa saat, tapi masih saja nggak membuka suara guna merespon perkataan sang mama yang begitu mengejutkannya itu.
"Kamu tahu sendiri, meski Mama begitu sakit hati, sampai gugat cerai Papamu, tapi Mama masih sayang sama Papa kamu. Apa lagi selama ini Papa kalian berusaha memperbaiki kesalahannya, Mama nggak bisa buat nggak luluh!" Mama masih bersuara. Nadanya begitu rendah, khawatir dengan Reaksi Zaen.
"Kalau kalian mau, Mama bakal bawa kalian ke Italy nanti setelah kamu sembuh," lanjutnya.
Mama menatap Zaen, menunggu tanggapan putranya, tapi Zaen hanya menatap sang mama tanpa berkata apa-apa. Sehingga Mama yang harus terus berbicara. "Mama lihat juga Omarrio kepengen banget liat Papanya."
"Gimana Zaen?" tanya Mama meminta pendapat. Pendapat Zaen sangat penting baginya, sehingga pendapat itu akan menentukan keputusannya juga.
Zaen nggak menjawab, membiarkan mamanya menunggu dengan harap-harap cemas. Dan Mama tetap menunggu dengan sabar selama itu, sampai akhirnya ada teman-teman Zaen yang datang menjenguk Zaen, dan ada pula Aila di sana. Sehingga Mama memilih menyudahi pembahasan hari itu.
Namun, satu jam setelahnya. Setelah semua teman-teman Zaen pergi, tiba-tiba dia menjawab. "Boleh, Ma."
Mama terpengarah. Ingin mengetahui lebih jelas maksud dari ucapan Zaen, sehingga Zaen menghela napas dan kembali berujar. "Mama mau rujuk sama Papa? Zaen setuju. Mama mau bawa Omarrio nemuin papa, sama .... Zaen? Oke, Zaen nggak keberatan!"
Mata Mama sontak berkaca-kaca. Wanita itu menatap Zaen dengan penuh haru, lalu memeluknya dengan sangat erat, serta menciptakan senyum terindahnya.
Sedangkan Zaen, cowok itu memiliki lebih banyak alasan untuk tetap di sini. Namun, karena ada dua orang yang begitu Zaen cintai lebih menginginkan sosok papanya yang berada jauh di sana, Zaen pun mengalah. Dia akan menurutinya untuk terbang ke sana, atau mungkin mentap di sana jika sang mama benar-benar akan rujuk dengan papanya. Karena pasti mereka akan tinggal bersama lagi di sana.
Hal itulah yang membuat Zaen nggak pernah bisa secara blak-blakan mengatakan akan kembali. Dan selama dia mengingat kembali pembahasannya bersama sang mama tempo hari yang lalu, dirinya masih memeluk Aila di tengah-tengah bandara. Nggak perduli jika mereka menjadi bahan tatapan orang-orang asing di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Teen Fiction[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...