Part 7

358 122 36
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Hidup berdua bersama kakaknya saja kadang membuat Aila terlantar, sebab kakaknya sering sibuk bekerja sampai lembur. Seperti malam ini, Aila kelaparan dan nggak ada makanan di rumahnya.

Jadi, Aila harus pergi mencari makan sendiri, karena dia malas memasak, pun memang nggak bisa masak. Untung saja ada rumah makan yang dekat dengan rumahnya, sehingga Aila hanya perlu jalan kaki saja.

Selagi menunggu pesanannya siap, Aila berkirim pesan dengan Sheva. Omong-omong, dia sangat merindukan sahabatnya itu, karena sejak Aila pindah, mereka sama sekali belum bertemu lagi. Dan saat ini, mereka sedang membahas banyak hal melalui pesan.

Sheva juga bercerita bahwa Stella sedang sering menanyakan soal Aila yang pindah sekolah. Stella adalah musuh Aila di sekolahnya dulu, omong-omong. Dan kekepoan Stella soal sekolah barunya akan Aila anggap sebagai rasa rindu Stella terhadapnya. Walau mana mungkin.

Saat lagi fokus-fokusnya berkirim pesan, tiba-tiba kursi di depannya berdecit, menandakan ada seseorang yang menduduki kursi itu. Dan seseorang itu membuat napas Aila tercekat untuk beberapa detik sampai akhirnya dia mengeluarkan napasnya secara perlahan.

Jika dilihat, memang hanya kursi di depannya yang kosong. Jadi, nggak heran kalau Zaen duduk di sana. Ya! Zaen yang duduk di depannya. Aila senang? Ya! Kaget? Ya! Gugup? Ya!

"Udah pesan?" tanya Zaen.

OMG! Ini kali pertamanya Aila mendengar suara Zaen yang nggak didasari oleh kata, "Dari Mama." Dan jelas sekali pertanyaan itu memang murni dari hati nuraninya.

Tapi sebentar. Pertanyaan Zaen tadi sudah kaya mereka janjian bertemu saja. Meski begitu, bagi Aila pertanyaan Zaen adalah basa-basi dan sapaan yang sangat oke!

"Udah!" jawab Aila yang langsung dia rutuki, karena hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Jadi nggak ada obrolan lagi setelahnya.

Beberapa menit setelah itu, pesanan Aila datang dan beberapa menit setelahnya lagi, pesanan Zaen menyusul datang. Namun, suasana di antara mereka sangatlah hening. Hanya suara dari pelanggan lain yang melatari keberadaan keduanya.

"Aduh, ngobrolin apa ya biar nggak diem-dieman gini?" tanya Aila dalam hati.

Zaen di depannya tampak tenang menyantap makananya, sedangkan Aila kalang kabut mencari topik obrolan. Padahal, bagi Aila ini adalah kesempatan langka dan Aila harus memanfaatkannya.

"Oh, jadi kamu selingkuh?"

Di saat Aila sedang berusaha memutar otak mencari topik obrolan, dan ketika dia hampir menemukannya, topik itu mendadak lenyap karena diinterupsi oleh pekikan yang berasal dari belakang Aila. Rupanya ada sepasang kekasih di belakang yang sedang bertengkar.

"Aku bisa jelasin! Maaf, aku khilaf!"

Mendengar jawaban dari si cowok, Aila memasang wajah nggak suka. Apa-apan itu khilaf dijadikan alasan untuk mendapatkan maaf yang nggak pantas dia dapatkan dengan mudah. Dan ternyata tingkah Aila itu disaksikan oleh Zaen yang kebetulan meliriknya barusan.

"Nggak usah didengerin," kata Zaen, yang maksudnya menyuruh Aila untuk nggak ikut campur.

"Kurang ajar kamu, ya! Tak baikkin malah ngelunjak!" seru si cewek.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang