Part 43

98 11 4
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Lo ditanyain Zaen. Tadi kami berencana mau jenguk dia habis pulang sekolah. Terus dia bilang mesti ngajak lo," kata Zikra.

Sontak Aila tersedak ludahnya sendiri. "Yakin Zaen minta gitu?" Aila memastikan.

Dia takut ini hanya akal-akalan Zikra, lantaran cowok itu tahu selama ini Aila selalu ragu saat ingin menjenguk Zaen, karena merasa nggak diharapkan kehadirannya.

"Beneran, kok. Serius!" jawab Zikra meyakinkan.

"Tapi, gue sungkan sama Tante Widya...."

Zikra menghela napas. "Lo tahu nggak sih kalau Tante Widya justru perduli sama lo?" 

Aila mengangguk pelan. Dia tahu. Bukankah yang Zikra maksud sama seperti obrolannya bersama Tante Widya kemarin? Jadi Aila mengangguk. Dia tahu Tante Widya perduli padanya karena nggak mau Aila sakit hati nantinya, jika perasaanya kepada Zaen berakhir menjadi kemungkinan buruk.

"Lo nggak tahu, kalau selama ini Tante Widya yang nyuruh gue buat ngabarin lo tentang keadaan Zaen," ucap Zikra.

Mata Aila terbelalak saat mendengarnya dan dia ingin sekali nggak percaya. Namun, wajah serius yang Zikra tampilkan membuat Aila memiliki harapan, bahwa andai-andai yang selama ini Aila andaikan benar-benar terjadi.

"Setiap ada perkembangan dari kondisi Zaen, Tante Widya langsung buru-buru nyuruh gue buat bilang sama lo. Bahkan pas Zaen sadar, Tante Widya ngehubungi gue bukan buat bilang kesadaran Zaen ke gue. Tapi nyuruh gue buat bilang sama lo."

"Andai Tante Widya bilangnya langsung sama lo, mungkin yang pertama kali tahu Zaen sadar itu lo, bukan gue," lanjut Zikra.

Kini mata Aila berkaca-kaca. Hidungnya memerah. Gadis itu menahan haru, bagaimana selama ini ternyata Tante Widya bukan seperti apa yang Aila duga. Cewek itu sudah berprasangka buruk kepada Tante Widya selama ini. Aila pun merasa bersalah telah berburuk sangka pada beliau, yang padahal memiliki niat baik untuknya.

"Iya nanti gue ke sana." Akhirnya Aila menyetujui ajakan Zikra tadi.

"Mau bareng nggak?" Zikra menawari.

"Nggak perlu. Sepulang sekolah gue ada janji sama Milly buat bantu dia ngurus tugas OSIS yang dikasih ke dia sendirian. Jadi gue sama Cindy mau bantu. Mungkin setelah itu baru gue ke rumah sakit," jawab Aila.

Zikra mengangguk puas. Dan saat itu bel masuk berbunyi, membuat Zikra tak memiliki banyak waktu lagi untuk berbicara dengan Aila. Lantas cowok itu pun undur diri dari sana.

***

Begitu Aila membuka pintu ruang inap Zaen, empat pasang mata langsung tertuju padanya, sehingga sempat membuat Aila salah tingkah dan ingin sekali menutup pintu kembali. Namun, tindakannya itu pasti akan membuat Aila terlihat seperti orang aneh dan memperlihatkan betapa dia salah tingkah hanya ditatap oleh empat cowok ganteng sekaligus.

"Wah, ada mantan. Sinilah gabung. Nih para mantan lo lagi akur!" seru Zavian.

Zikra menoleh, nggak tahu jika Zavian sudah bersikap seperti biasanya kepada Aila. Nggak lagi bersikap dingin. Sepertinya mereka sudah berbaikkan tanpa sepengetahuannya. Walau begitu, Zikra sungguh lega sekali mengetahuinya.

Sedangkan Aila sudah malu luar biasa. Pipinya bersemu. Walau Aila nggak menyukai mereka, kecuali Zaen, tetap saja digoda seperti itu membuatnya malu.

"Gue ganggu—"

"Enggak!" sela Zion.

Zaen melirik Zion sekilas saat mendengar seruannya. Kemudian kembali menatap Aila.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang