Part 20

216 26 5
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Saat itu Aila hendak ke kelas. Namun, secara tiba-tiba Zion datang dan menariknya pergi. Aila yang nggak sempat menolak hanya bisa mengekori Zion dengan langkah terseok-seok.

Cowok itu baru melepas tangan Aila setelah tiba di belakang sekolah, menuntunnya agar menhadap ke arahnya serta mengangkat dagunya agar bisa melihatnya.

"Kontrak kalian berlanjut?" tanyanya, tanpa basa-basi.

Pertanyaan Zion itu bagaikan serangan untuk Aila, karena dia terkejut. Dan dari pada merespon dengan cepat, Aila malah memikirkan hal lain. Maksudnya, jika Zion menanyakan perihal kontrak Aila dengan Zaen, itu artinya Zaen nggak menceritakan soal hubungan mereka kepada teman-temannya?

Berkat itu, Aila jadi nggak berani menjawab. Dia takut salah, karena nggak tahu pasti apakah Zaen akan mengaku mereka hanya pura-pura atau tidak. Sebab yang dia hadapi ini Zion, teman baik Zaen. Jadi, Aila pikir Zion berhak tahu yang sebenarnya. Namun, belum tentu Zaen ingin terbuka dengan Zion. Jadilah Aila bimbang sampai mengabaikan pertanyaan Zion cukup lama.

"Heh! Jawab!" seru Zion mendesak Aila untuk menjawab.

"Y-ya, seperti apa yang lo liat," jawab Aila akhirnya.

"Liat apa? Udah keliatan banget hubungan kalian nggak jelas, makanya gue nanya lo biar jelas!" kata Zion.

"Ya lo kenapa nggak nanya Zaen aja?! Kalian lebih deket ketimbang gue sama lo." Aila berusaha mengulur-ngulur pertanyaan.

"Oh, jadi selama ini lo nggak nganggep gue?" tanya Zion. Agak kecewa karena tahu rupanya selama ini Aila nggak menganggap mereka dekat.

"Lo bisa mencerna kata-kata gue nggak sih? Gue bilang, dari pada sama gue, lo lebih dekat sama Zaen!" Aila menjelaskan dengan sabar. "Lagian selama ini lo kaya nggak suka sama gue, makanya gue sungkan kalau mau menganggap kita deket. Gue nggak mau dipermalukan sama lo!"

Akhirnya Zion paham, walau penjelasan Aila terdengar semrawut. Namun, mengetahui bahwa rupanya selama ini Aila terjebak dalam ketidakpastian dengannya, Zion jadi merasa bersalah.

"Nggak usah takut. Bilang aja kita deket kalau ada yang nanya!" kata Zion, akhirnya.

Aila menanggapi sekenanya, karena dia masih memikirkan jawaban apa yang bisa dia berikan untuk Zion. Dia juga merutuki Zion yang lebih memilih menanyakannya kepada Aila ketimbang Zaen yang jelas-jelas dekat dengannya. Aila kira mereka hampir membicarakan apa saja.

"Jawab pertanyaan gue yang tadi. Kok, lo ngulur-ngulur gitu sih?"

"Ha? Apaan deh, nggak tuh!"

"Nggak jelas banget lo," ucap Zion. Dia yang menyadari kegugupan Aila jadi semakin penasaran. Namun, cewek di depannya ini malah sibuk mencari-cari alasan.

"Aila cewek gue. Kenapa lo nggak nanya gue aja?" Tiba-tiba Zaen datang dan langsung menggandeng telapak tangan Aila.

Langsung saja Zion menyaksikan itu, menatap lekat tangan Zaen yang menggenggam erat tangan Aila. Ada rasa nyeri yang mendadak Zion rasakan, dan dia nggak ngerti kenapa itu bisa terjadi.

"Oh." Hanya itu yang bisa Zion katakan sebagai respon.

Karena mendadak muak melihat mereka berdua, Zion memutuskan untuk pergi saja dari sana. Ada rasa sedih yang membuat Zion bingung ketika dia memaksakan langkahnya. Namun, karena perasaan itu nggak jelas, dia memilih untuk mengabaikannya.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang