Part 25

116 11 8
                                    

From Author
Hi, Readers... kalau ada
Tak terasa kita sudah di penghujung tahun. Sebentar lagi 2021 akan segera berakhir. Semoga sajian cerita ini di tahun lalu mampu membuat readers semua senang. Semoga kekurangan-kekurangan di tahun lalu bisa aku perbaiki di tahun yang akan datang.

Salam hangat
Khrins

-------------------------------------------------------------------‐

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Rencana untuk kembali ke kelas tertunda oleh ingatan Milly yang hendak membeli air minum. Dia mengaku sering haus saat pelajaran berlangsung, sehingga pamit untuk kembali ke kantin. Aila dan Cindy pun menyusul karena ingin membeli air minum juga.

Namun, sepertinya Aila menyesali keputusannya untuk menyusul Milly karena membuatnya bertemu Stella. Tapi, mumpung Stella belum sempat melihatnya, dan khawatir jika itu terjadi maka mereka akan meributkan Zaen, Aila memilih untuk meninggalkan kantin lagi.

Setidaknya itulah rencana Aila, sebelum dia melihat seorang murid tengah kepanasan membawa mangkuk bakso tanpa nampan. Agaknya, sensasi panasnya menembus hingga tangan murid itu, sehingga dia membawanya dengan buru-buru sampai kurang memperhatikan langkahnya.

Di saat itu, secara kebetulan Stella hendak mundur, yang sudah dipastikan akan menabrak si murid pembawa mangkuk bakso panas itu. Karena nggak mau ada insiden kecelakaan, Aila mendorong Stella dengan maksud mencegah tabrakan antar manusia itu terjadi.

Naas, tindakan itu justru mendatangkan musibah untuk Aila sendiri. Kuah bakso panas tadi yang dipastikan tumpah karena sempat kesenggol Stella mengenai tangan Aila. Dan dia pikir nggak ada masalah lain yang terjadi saat dirinya berusaha menahan tangannya yang terasa panas. Namun, ternyata sesuatu terjadi kepada Stella.

Dia sedang dikerumuni banyak orang, membuat Aila mulai merasakan firasat yang nggak baik. Terbukti dari kehadiran Brinna yang tiba-tiba menghampirinya dengan amarah.

"Lo sialan banget ya jadi orang!" teriak Brinna menatap tajam Aila dengan murka.

Sontak Aila termenung. Dia nggak tahu apa yang terjadi pada Stella, tapi kerumunan di depannya yang membelah segera memberi Aila jawaban. Stella terbaring lemah di atas lantai.

Lantas datanglah rasa panik menguasai Aila. Dia mulai ketakutan karena kembali mencelakai cewek itu.

"G-gue ... gue tadi cuman mau nolong—"

"Bedain dong mana nolong, mana bikin celaka. Lo bikin Stella pingsan lagi loh!" seru Mala, menyela ucapan Aila.

Aila terdiam. Netranya mulai berkaca-kaca dan dia sulit bernapas dengan baik. Wajahnya yang sudah merah padam menjelaskan betapa takutnya Aila saat ini, mengundang Milly dan Cindy menghampirinya.

"Gue nggak ada maksud buat dia pingsan," ungkap Aila lagi, meski dia tahu itu nggak akan berguna.

"Bohong! Kami tahu lo benci dia, makanya lo bersikap jahat sama Stella!" balas Brinna seraya mendorong Aila hingga cewek itu nyaris terjatuh, andai saja Milly dan Cindy nggak segera menahannya.

"Jangan kurang ajar ya, lo! Jelas-jelas Aila dorong Stella karena mau nyegah dia nabrak orang. Kalau bukan karena Aila, dia pasti udah ketumpahan bakso panas!" seru Cindy. Dia sempat melihat kejadiannya, karena tadi berdiri di sebelah Aila persis.

"Nah, lo aja liat kan dia dorong Stella?" Mala terlihat puas.

"Tapi bukan berarti Aila sengaja. Lo ngerti nggak sih?"

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang