Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Sebenarnya Aila nggak ada niat untuk menghindari Zaen. Dia hanya butuh beberapa waktu untuk menjaga jarak dengan cowok itu. Namun, melihat Zaen malah terlihat menjauhinya, Aila jadi semakin menarik diri. Dia jadi kepikiran, apakah ungkapan perasaanya telah membebani Zaen? Sehingga membuatnya risih?
Aila jadi merasa campur aduk perasaannya. Ada dilema, bimbang, sedih dan kecewa menjadi satu. Aila mengaku, semakin suram saja hidupnya.
Saking lamanya melamun, Aila jadi nggak sadar sudah tiba di jalan besar, dan ingin menyebrang. Tapi seorang pengendara motor tiba-tiba saja berhenti di depannya, dan Aila merasa familiar dengan motornya pun mulai menebak siapa pengendara tersebut.
"Wah, ketemu lagi. Minta diculik lagi nggak sih kalau gini?"
"Gue peringatin jangan main-main sama gue!" Meski sebenarnya takut, Aila berusaha untuk bersikap berani, agar nggak mudah terintimidasi oleh Bintang.
Bintang nyengir lebar, sampai lesung pipinya timbul begitu dalam. "Oke. Gue nggak tertarik main-main sama lo, karena gue udah punya mainan sendiri."
Aila hanya meninggikan sudut bibirnya dengan sinis. Walau dia nggak peduli sama urusan Bintang, tapi Aila nggak ingin mengatakannya. Baginya, nggak meladeni Bintang dan pergi saja adalah keputusan yang baik.
"Emang lo nggak penasaran sama mainan gue?" tanya Bintang.
Dengan malas, Aila menghentikan langkah dan menoleh ke arah Bintang. Ekspresi lelahnya membuat Aila harap Bintang mau memberinya pengertian dengan nggak mengganggunya.
"Perlu banget, kah?" tanya Aila. "Plis deh, kita nggak seakrab itu. Mending lo jauh-jauh dari gue!"
"Oh, ya? Lo merasa nggak perlu tahu kalau temen lo deket sama gue?"
Tubuhnya yang sejak tadi lunglai karena lesu mendadak menegak. Posisinya yang sedikit menjauh dari Bintang membuat Aila maju beberapa langkah lagi. Reaksi itu langsung membuat Bintang tersenyum puas.
"Siapa yang lo maksud?"
"Oh lo punya banyak temen, ya? Bukan dua temen lo yang waktu itu sih," jawab Bintang.
"Maksud lo Sheva?" Aila mendelik begitu bisa menebaknya.
Nggak perlu menjawab, Bintang yakin Aila tahu jawabannya.
"Jadi gebetan yang dia ceritain ke gue itu elo?" tanya Aila lagi, butuh konfirmasi.
Bintang mengangguk-angguk, melihat jalanan sebentar lalu mengembalikan pertanyaan ke arah Aila. "Jadi, dia sering ngomongin gue?"
Aila nggak mau menjawab. Napasnya menderu karena nggak sabar ingin mendengar penjelasan dari Bintang. Namun, cowok itu malah senyum-senyum doang nggak jelas.
"Kalau dia udah sering nyeritain soal gue, kayaknya dia naksir berat ya sama gue. Padahal gue nggak serius sama dia."
"Plis, gue mohon jangan sakitin Sheva!" seru Aila.
Bintang hanya nyengir lebar, lalu kembali mengenakan helmnya dan pergi meninggalkan Aila.
Aila jadi kalang kabut. Dia hampir menghubungi Sheva, tapi mendadak batal saat sadar bahwa dia nggak bisa ngasih tahu Sheva soal Bintang begitu saja. Aila harus punya persiapan yang lebih baik jika ingin membicarakan Bintang dengan Sheva. Karena itu, Aila jadi berpikir keras dan kayaknya dia nggak bisa berpikir kalau pulang ke rumah.
***
Jadi, Aila mencari tempat yang cocok untuknya berpikir. Namun, dia nggak yakin apakah rental komik termasuk cocok atau enggak. Tapi Aila perlu mencobanya, mengetahui rental komik memiliki suasana sesunyi perpustakaan. Jadi, Aila memikirkan beberapa hal sambil mencari-cari komik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Teen FictionDalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah, bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban bully. Namun, ternyata Aila bertemu dengan empat pangeran SMA Cortofory yang dijuluki sebagai Prince Z. Lantas, seiring berj...