Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Ketahuilah bahwa Aila berani menemui Bintang karena dia tahu cowok itu nggak mungkin macam-macam. Perlakuan hati-hati cowok itu kepadanya dan teman-temannya saat diculik membuat Aila yakin, bahwa Bintang nggak sekriminal itu. Cuman, Bintang memang suka sembrono, yang Aila rasa masih bisa dia tangani sendiri.
Dan ternyata, lokasi yang Bintang berikan ialah markas geng-nya. Aila masih hafal benar dengan tempat itu. Lalu dia pun mengetuk pintunya, yang disambut oleh cowok asing.
"Gue mau ketemu Bintang."
Cowok itu tersenyum miring, lalu menggeser tubuhnya dari pintu, bermaksud memberi Aila akses jalan masuk. "Silakan masuk!"
Aila menggeleng. "Nggak perlu. Kami bisa ngobrol di luar aja."
"Tapi Bintang nggak mau kalau ngobrol di luar. Mending di dalem, lebih nyaman," katanya.
"Gue nggak peduli soal kenyamanan." Aila berusaha beralasan.
"Tapi Bintang peduli. Lo kan yang butuh dia? Jadi lo yang harus mikirin kenyamanan dia."
Diberi kalimat itu, Aila mendesah berat dan mau nggak mau dia pun masuk ke dalam markas Bintang yang ternyata nggak seramai perkiraannya. Hanya ada Bintang dan tiga temannya.
Bintang yang melihat Aila telah masuk pun menyambutnya dengan ramah, lalu mempersilakan Aila untuk duduk di sofa yang ada di sana. Dengan terpaksa, Aila pun duduk di sana.
"Ada apa?"
"Stella nempel foto kita pas di kafe di mading sekolah gue, ditambah rumor negatif tentang gue." Tanpa basa-basi, Aila langsung mengadu.
Bintang mengangguk-angguk, berusaha memahami dan mendengarkan. Namun, beberapa detik dia menunggu, ternyata kalimat Aila hanya di situ. Bukannya menanggapi, dia malah menatap Aila tanda meminta penjelasan lagi.
Aila mengulum bibirnya sejenak sebelum berbicara lagi. "Gue ... gue tahu lo nggak peduli, karena mungkin itu nggak ngaruh apa-apa buat lo. Tapi, emangnya lo nggak merasa dirugikan terlibat dalam masalah rumor negatif gue?"
Dengan enteng, Bintang menggeleng. "Nggak juga."
Kenapa setiap masalah selalu hanya Aila yang menanggung deritanya? Aila jadi kecewa dan sedih mengetahuinya.
"Meski begitu, gue boleh minta bantuan lo?" tanya Aila, membawa harap besar kepada Bintang.
Permintaan itu membuat Bintang mengulas senyum. Artinya bisa jadi baik, bisa jadi enggak. Reaksinya terlihat nggak menyangka kalau Aila bakal datang kepadanya meminta bantuan.
"Gue kira lo nganggap gue jahat," kata Bintang. Lantas apa yang membuat Aila berpikir bisa meminta bantuan kepada orang jahat?
"Peruntungan gue cukup mujur. Jadi gue mau mencobanya. Jadi, lo mau bantu gue?"
Ekspresi Bintang berubah-ubah. Dia harus memikirkannya dulu, walau sejujurnya dia tahu harus mengatakan apa. Namun, mempermainkan waktu Aila sepertinya bisa menghibur diri, pikir Bintang.
Terlihat Aila mulai nggak sabar karena Bintang terlalu membuang-buang waktu.
"Bilang dulu lo butuh bantuan apa? Nanti gue pikirin," jawab Bintang pada akhirnya.
Tubuh Aila yang semula tegak mulai luruh. Dia memang optimis Bintang mau membantunya, tapi dia tetap nggak menyangka Bintang terlalu banyak bicara seperti ini.
"Klarifikasi ke Sheva kalau kita nggak ada apa-apa. Waktu itu kita nongkrong cuman buat bahas hal nggak penting." Aila nggak mungkin meminta Bintang untuk mengakui kejahatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Teen Fiction[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...