Part 29

94 8 2
                                    

Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Setelah izin nggak masuk selama tiga hari, Zion akhirnya kembali masuk. Terlihat masih ada sisa lebam yang memudar di beberapa titik wajahnya.

Pada awalnya, dia mendapat semangat saat akhirnya bisa masuk sekolah. Namun, saat tiba di sana dia justru merasakan hal yang janggal. Dia seakan telah melewatkan banyak hal. Terutama hubungan Aila dan Zaen. Dia melupakan fakta mereka, sehingga semangat yang diciptakannya tadi hancur seketika.

"Murid baru, ya?" tanya Zavian, menyentuh pundak Zion dan menyamai langkah cowok itu di koridor.

Zion menyentak tangan Zavian dengan gerakan pundaknya. "Nggak jelas lo!"

"Gue kok nggak kenal, ya? Pantesan, nggak pernah muncul sih," kata Zavian lagi.

Zion menampilkan ekspresi terganggu. "Bersisik lo!"

"Makin galak aja. Heran."

Zion nggak merespon. Langkahnya yang pelan kontras dengan tatapannya yang begitu dalam nan tajam. Aura kesalnya seolah siap membuat Zion mengamuk kapan saja, dan Zavian yang penasaran sama apa yang membuat sahabatnya terlihat begitu pun mengikuti arah pandang Zion.

Tepat di depan mereka, sejauh empat meter terlihat sejoli unyu yang tengah melangkah bersama. Aila dan Zaen. Beralih tempat, ekor mata Zavian menangkap sosok Stella yang berdiri di koridor seberang, tengah bersandar di pilar bangunan sambil bersedekap dada. Matanya yang jelas memantau langkah Aila dan Zaen tersirat akan rasa kesal dan cemburu.

"Dasar anak remaja," guman Zavian, terlalu lirih untuk didengar Zion.

Zavian menambahkan, kali ini cukup terdengar. "Gue tahu, dunia ini pernuh dengan drama, tapi nggak gini juga kali. Masak cuman gue yang sadar perasaan kalian masing-masing?"

Zion cukup meliriknya sekilas, kemudian memilih untuk belok, mengambil jalan lain untuk tiba di kelasnya. Sebab pemandangan di depannya membuat Zion ingin libur sekolah lagi saja. Keputusannya itu diikuti oleh Zavian.

"Menurut lo, gue suka Aila?" Zion bertanya tiba-tiba.

Jawaban Zavian jelas sebuah decakan. Dia nggak habis pikir kalau Zion masih perlu menanyakannya.

"Jadi, selama ini lo masih belum nyadar?"

Bungkam menjadi jawabannya. Sebenarnya Zion belum pernah mengakui secara resmi soal perasaannya. Dia hanya mengikuti alur saja. Maksudnya, dia nggak pernah menafsirkan perasaannya berarti apa. Setiap efek yang Aila timbulkan terhadapnya berarti apa, karena Zion terlalu larut dalam perasaan itu, sehingga lupa untuk menanyakannya pada diri sendiri.

Tapi apa yang membuatnya menyukai Aila? Lantas Zion memikirkannya. Apa sih yang sudah cewek itu berikan untuknya, sehingga Zion membalasnya dengan hati?

Adakah yang istimewa dari cewek itu selain sikap keki yang saban hari dilayangkan untuknya?

Atau jangan-jangan, sikap itulah yang membuatnya jatuh hati?

Ataukah jatuh cinta nggak perlu alasan?

***

Menjelaskan sosok Zaen Khaze, anak IPS 3 kelas 11 sebenarnya nggak perlu-perlu amat. Tapi nggak untuk Aila. Karena di titik ini, dia mengaku telah mengenal Zaen sedikit lebih baik. Dia memahami beberapa hal tentang cowok itu, terutama penampilannya.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang