Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Aila nggak suka bubur—fakta yang bikin Kak Lila pusing pagi-pagi karena harus menyiapkan sarapan, sebab menu sarapan yang mudah dicari di pagi hari adalah bubur. Namun, beruntung Kak Lila menemukan pedagang lontong di depan komplek, dan membelinya untuk Aila. Sekarang, mereka sedang sarapan bareng.
"Anggap aja sekolah baru dan rumah baru ini sebagai lembar baru kehidupan kamu, Ai. Jadilah sosok yang lebih baik mulai sekarang," ucap Kak Lila, memulai obrolan.
Menelan lebih dulu lontong yang dikunyahnya, Aila menjawab, "Astaga, Kak. Ngomongnya udah kaya hidupku sebelum ini kriminal aja!"
"Ya nggak gitu juga. Memangnya kalau sebelumnya sudah baik, nggak bisa jadi lebih, lebih dan lebih baik lagi?"
"Iya dah, iya." Karena malas berargumen, Aila mengiyakan saja kalimat kakaknya.
"Terus hari ini Kakak mulai kerja lagi?" tanya Aila. Sebab beberapa hari ini, kakaknya izin cuti.
"Belum. Kakak mulai kerja besok, dan sekarang kakak mau belanja keperluan rumah dulu. Kita perlu beli kompor buat masak!"
Dengusan mendahului jawaban Aila, "Lagian kenapa kompor lama kita dijual?"
"Buat nambah biaya beli rumah." Lila menjawab sekenanya.
Lalu, Lila pun bangkit sambil membereskan bekas sarapannya, sementara Aila buru-buru menghabiskan sarapannya.
"Kamu jalan kaki aja ya ke sekolahnya. Deket, kok!"
"Iya dah!"
Karena nggak mau drama, Aila mengiyakan semua kalimat kakaknya sejak tadi, dan sekarang dia mulai jalan kaki menuju sekolah barunya. Sekolah yang sangat dikenalnya dan dia hafal benar jalan menuju ke sana.
***
SMA Cortofory; sekolah baru Aila yang terkenal elit, berlantai empat, dengan halaman yang sangat luas. Berdasakan brosur yang Aila baca, fasilitas di sekolah barunya sangat memumpuni dan berkelas. Awalnya Aila terkejut karena kakaknya yang bisa dibilang miskin bisa menyekolahkannya di sana. Sejenak Aila berpikir, itu bukan karena semata-mata sekolahnya dekat dengan rumahnya, kan?
Setelah memasuki gerbang, Aila berhenti untuk memandang gedung sekolah barunya, yang sangat bertolak belakang dengan sekolahnya dulu, dan saat itu Aila mulai berimajinasi, apa yang akan dia alami di sana?
Mungkinkah dia akan bertemu dengan iblis pengacau sekolah, lalu jatuh cinta padanya seperti cerita komik yang dia baca? Atau justru menjadi korban bully karena dia murid baru? Atau, dia akan rebutan cogan sama cewek populer, seperti dia rebutan Derbi sama Stella di sekolah lamanya?
Duh, Aila jadi kangen Sheva, walau dia sudah menghubungi sahabat karibnya itu semalam, Aila tetap merasa butuh Sheva di sampingnya. Sheva yang berani dan tangguh, nggak takut apa-apa meski dipandang buruk karena sering terlihat gonta-ganti cowok (yang omong-omong Aila tahu alasan di baliknya) jadi, jika ada Sheva di sisinya, Aila pasti nggak akan segan masuk ke dalam sekolah barunya itu.
Namun, karena nggak bisa larut dalam lamunan, Aila pun kembali melangkah untuk mencari kelasnya. 11 IPS 3, kata Kak Lila.
"Permisi, mau nanya. Kelas 11 IPS 3 di mana, ya?" tanya Aila kepada segerombol siswi yang sedang melangkah bersama di koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Fiksi Remaja[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...