Happy Reading
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Aila nggak tahu, mengapa saat ini dirinya menggunakan cardigan milik Zaen yang belum dia kembalikan sejak pulang dari Dufan. Namun, dia sudah meminta izin Zaen untuk kembali meminjamnya dan memakainya malam ini.
Katanya, "Gue pinjem dulu ya, Zaen. Nanti gue kembaliin habis lo pulang dari Italy."
Pembawaan Zaen dalam menghabiskan waktu bersama Aila, juga caranya berharap membuat Aila tahu sesuatu. Namun, jauh di dalam hatinya, dia berharap salah mengartikannya. Dan membiarkan cardigan Zaen tetap bersamanya, agar Zaen merasa punya alasan untuk kembali ke Indonesia secepatnya. Dan Aila harap, cardigan yang dia pinjam cukup penting bagi Zaen, sehingga memberinya alasan yang kuat untuk memikirkan kemungkinan pulang cepat ke Indonesia. Memikirkan itu, Aila agak sedikit merasa konyol.
"Lo hampir pesan mie setiap kali ke sini," ucap Zaen.
Padahal mereka baru tiga kali mengunjungi rumah makan itu. Dan memang selama tiga kali itu, Zaen melihat Aila selalu memesan mie. Bedanya, dua kali terakhir mie-nya nggak sepedas pesanan pertama.
"Mie-nya enak. Lo nggak mau coba pesen? Oh, atau lo kurang suka, karena nggak terlelu sehat, mungkin?" tanya Aila.
"Itu salah satu alasan dari banyaknya alasan yang gue punya, kenapa nggak makan mie," jawab Zaen.
"Tapi suka?" tanya Aila.
Zaen mengangguk. "Suka."
Aila juga mengangguk-angguk tanda mengerti. "Makan mi itu nggak apa-apa kok, Zaen, asal dengan porsi yang nggak berlebihan."
Zaen mengerti. Dia cukup senang pesan dari Aila mengisyaratkan bahwa dia ingin Zaen bisa makan apa pun yang dia suka, tanpa memikirkan kesehatannya. Itu juga berarti Aila peduli padanya.
"Warna rambut lo nggak asli ya, Zaen?" tanya Aila membahas topik lain.
Zaen mendongak sedikit dari duduknya, kemudian mengingat lagi warna rambutnya yang sudah lama nggak Zaen perhatikan.
"Iya," jawab Zaen, kemudian cowok itu mengimbuhkan, "Tapi ini juga bukan warna yang sesuai aturan sekolah, padahal gue ganti warna rambut karena ditegur." Warna rambutnya saat ini abu-abu gelap.
"Zion juga, ya?" tanya Aila lagi, teringat rambut pirang Zion.
Zaen mengangguk. "Ya. Tapi dari awal warna rambut Zion emang pirang. Dia nggak ditegur karena rambutnya beneran kelihatan asli."
Kini giliran Aila yang mengangguk-angguk. "Omarrio pernah posting foto lo di story. Lo lagi gendong dia pas bayi, rambut lo warna merah bata."
Zaen mengangguk. "Itu warna asli rambut gue. Kaya Papa. Tapi pas gue pindah ke Indonesia, masuk SD, gue ditegur. Katanya nggak boleh ngecat rambut. Tapi gue bilang kalau itu rambut asli. Mereka percaya, karena juga nggak mungkin anak SD udah berani ngecat rambut."
"Terus?" tanya Aila menanggapi, agar obrolannya terus berjalan.
"Pas SMP gue lebih ditegur, dan nggak ada yang percaya, akhirnya gue cat rambut gue jadi warna item. Tapi makin lama makin pudar warnanya dan jelek, gue ganti lagi jadi yang sekarang ini, pas masuk SMA," jawab Zaen meneruskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Fiksi Remaja[NEW VERSION] [BACA= FOLLOW] By: Khrins ❗MAAF BELUM DIREVISI❗ __________________________________________ Dalam benak Aila saat menjadi murid baru di SMA Cortofory adalah bertemu dengan iblis pengacau sekolah, atau menjadi korban buly. Namun, ternya...