EMPAT PULUH SEMBILAN

88.4K 9.7K 708
                                    

Note : di part sebelumnya, gue nulisnya kalau jarak antara Athala sama Alana itu 7 tahun. tapi sebenarnya jarak diantara mereka itu cuma 3 tahun. dan banyak kan yang tanya 'kapan Athalanya ke luar negri' kalian buka part 20 dan kalian akan paham. kalau kalian bingung kenapa bisa tetanggan sama Fiko, gue jelasin disini ya.

Athala tuh tetanggaan sama Fiko pas sebelum Gandi dan Mawar pergi ninggalin Alana demi pekerjaannya. Athala emang udah mandiri sejak SMA dan milih buat tinggal sendiri, jadilah dia tetanggaan sama Fiko. Dan waktu itu sebenarnya dia sempet kuliah di Indonesia tapi setau Fiko, Athala kuliahnya di luar negri pas mereka masuk SMA. alasan kenapa Athala pilih kuliah di luar negri, cuma dia yang tahu.

Jadi sekarang udah paham? kalau gak paham, baca ulang sampai paham.

Ada unsur 15+. yang gak suka, skippp

•~•~•~

FLASHBACK ON.

Bandara, John F. Kennedy.

Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 18 jam lamanya, akhirnya Resha sampai juga di Bandara New York City, New York. Ia mengembangkan senyumnya menatap sekitar. Menghirup udara dalam-dalam hingga menyejukkan hidungnya dan meregangkan tangannya keatas. Berada di dalam pesawat selama itu cukup membuat tubuhnya terasa pegal-pegal.

"Thank you, Sir," Resha tersenyum pada pramugara yang menyerahkan koper miliknya.

Pramugara itu membalas senyum Resha tak kalah manis, "You're welcome, Sis.."

Resha mengangguk lalu berjalan keluar dari area pendaratan pesawat. Ia melangkah seorang diri seraya menyeret koper besar miliknya yang sudah ada perlengkapan lengkap miliknya. Resha pergi ke New York memang hanya untuk berlibur karena hari inilah yang ia tunggu-tunggu sejak dulu.

Diambilnya ponsel dari tas slempang miliknya untuk memesan taksi online agar ia sampai di hotel yang akan ia tempati selama di negara ini. Tak lama, taksi pun datang membuat senyum Resha merekah. Akhirnya, ia bisa beristirahat di hotel seraya menunggu pagi mendatang.

Tak butuh waktu lama, taksi pun sampai di hotel berbintang yang sudah Resha arahkan. Disini memang sudah malam hari, namun masih sangat ramai. Banyak orang yang berjalan-jalan dengan para sahabat, pasangan maupun keluarga.

"How much, sir?" tanya Resha pada supir taksi.

"20 USD, Sis." sahut supir taksi itu menjawab.

Resha mengangguk lalu mengambil uang kertas yang sudah ia tukar menjadi dollar amerika. Sebelum berangkat ke New York, Resha memang sudah menyiapkan semuanya dengan matang. Dari mata uang Rupiah ke Dollar hingga list-list yang sudah ia tulis di buku. Kemana saja ia akan pergi dan barang apa saja yang ia akan beli sudah tertulis lengkap di buku itu.

Seniat itukah Resha?

Ya. Karena inilah yang sudah ia impikan sejak dulu. Berlibur seorang diri di New York tanpa ada keluarga ataupun dampingan siapapun. Memang inilah impian Resha sejak kecil.

"Thank you, Sis.." ucap sopir taksi itu lalu menancapkan gasnya pergi dari hotel.

Resha menghembuskan napasnya lalu berjalan menuju kearah resepsionis untuk memesan satu kamar hotel beberapa hari kedepan.

"Is there anything I can help you?"

"One room for the next few days." jawab Resha yang diangguki pegawai itu.

Pegawai itu menyerahkan kunci kamar hotel, "Sorry sis, direct payment now," ucapnya.

Resha mengangguk lalu mengeluarkan uang yang ada di dompetnya. Ia pun menyerahkan beberapa lembar yang sudah pegawai itu sebutkan. Setelah selesai dengan pembayaran, Resha pun berjalan menuju lift untuk menuju ke lantai yang sudah disebutkan di kunci kamar hotel itu. Sebenarnya, bukan kunci namun sebuah kartu kamar hotel.

MOM ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang