Mom Alana udah update ya guys:)
Jangan lupa, sebelum membaca sebaiknya kalian tekan votenya dahulu agar author lebih semangat update part-part selanjutnya.
Ada saran untuk cast yang cocok pemeran tokoh Alana sama Gibran nggak? Author masih bingung nih buat milih cast yang cocok😐
Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian juga yaaaa
Happy Reading.
Dua hari tidak masuk sekolah, dua hari tidak mengaktifkan ponsel dan dua hari itu pula, Alana hanya berdiam diri di rumah. Bukannya ia takut menghadapi masalahnya kali ini. Tapi, ia hanya malas berurusan dengan lambe nyinyir seperti Resha dan temannya itu.
Alana yakin pasti grup kelas, bahkan grup seangkatan membicarakan tentang Alana yang sudah mempunyai anak. Alana tahu betul apa yang akan dilakukan semua murid jika tahu tentang gosip negatif seperti ini.
Namun, hari ini pula, Alana ingin masuk sekolah. Masalahnya harus cepat ia selesaikan sebelum bertambah runyam. Ia ingin masalah yang ia alami saat ini terselesaikan tanpa ada campur tangan orang lain.
"Pagi, Ma," sapa Alana pada Mawar yang tengah membelakanginya.
Mawar menoleh, "Loh kamu mau sekolah? Kamu udah sehat?" tanya Mawar kaget.
Pasalnya, anaknya ini kemarin izin padanya tidak masuk sekolah karena alasan tidak enak badan. Tentu saja itu hanya alibi Alana agar Mawar mempercayai dan memberinya istirahat yang cukup. Lebih tepatnya, mengistirahatkan otaknya yang sudah mampet ini.
Alana mengangguk pelan dengan mulut yang tengah mengunyah roti dengan selai strawberry. Selai kesukaan Alana. "Raska mana, Ma?" tanyanya saat mengedarkan pandangannya tidak ada Raska.
Tadi malam masih ada Raska yang sedang bermain dengan Papanya. Namun, pagi ini sudah tidak terlihat batang hidung balita kecil menggemaskan itu.
"Jogging sama Papa kamu. Mumpung libur, ngajak cucu keluar. Cari udara segar," sahut Mawar sekenanya. Sepertinya ada yang beda dengan Mamanya kali ini.
Alana mengernyitkan dahinya heran. "Butek banget mukanya, Ma?" tanya Alana yang masih keheranan.
Mawar berdecak sebal lalu menatap Alana dengan kesal. "Papa kamu itu sebenarnya bukan cari udara segar tapi cari janda yang masih seger-seger!" sarkas Mawar dengan wajah sinis.
Oh, tadi ini toh yang membuat wajah Mamanya tampak berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Alana tertawa mendengarkan ucapan Mamanya ini. Sudah lama juga sih tak melihat Mamanya bertengkar kecil dengan Papanya hanya karena Papanya terlalu ganteng.
"Eh tapi, kok Mama tau sih kalau Papa cari janda seger?" goda Alana menaik turunkan alisnya.
Bibir Mawar maju beberapa senti. "Dua rumah dari rumah kita ada tetangga baru dan katanya janda. Mana masih muda dan seger lagi!" sahut Mawar dengan mata nada tidak suka.
Wajah Alana pura-pura terkejut. Telapak tangannya ia gunakan untuk menutup mulut saking terkejutnya. "Oh ya?"
Mawar mengangguk dengan lesu. Wajah Mamanya saat ini sudah menahan emosi yang akan meledak seketika. Alana menahan tawanya saat wajah Mawar yang sinis dan juga jutek.
"Assalamualaikum,"
Kedua perempuan berbeda usia itu sontak menoleh. Wajah Mawar seketika menjadi sangat sinis. Bahkan wanita paruh baya itu berpura-pura tidak melihat suaminya. Bukan berarti ia tidak menjawab salam. Ia menjawab dalam hati, karena berpura-pura ngambek.
"Waalaikumsalam.."
Gandi dan juga Raska memasuki rumah dengan Raska yang berlari menuju kearah Alana. "Eh jangan lari dong, sayang!" tegur Alana yang melihat balita itu berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM ALANA
Teen FictionHidup Alana berubah ketika ia harus menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang cukup muda. 17 tahun. Bayangkan saja, di usianya yang masih belasan harus menjadi seorang ibu dan mengurus seorang anak. Bukan, dia bukan hamil di luar nikah. Na...