EMPAT PULUH TIGA

98.3K 11K 973
                                    

"AAAA GIBRAN LO NGAPAIN DI KAMAR GUE?!" teriak Alana dengan mata melotot. Dengan langkah lebar, Alana menghampiri Gibran yang refleks terduduk saking terkejutnya.

"Apasih?" decak cowok itu mengusap wajahnya.

Alana mengangkat tangannya, memukul bahu cowok itu berkali-kali dengan pukulan yang lumayan keras. Membuat Gibran mengaduh kesakitan dengan sesekali menjerit. "ANJIR ALANA SAKIT WOI! ASTAGFIRULLAH! GUE CUMA–"

"CUMA APA HAH?!" sela Alana tanpa menghentikan pukulannya.

"WOI UDAH NAPA! SAKIT ANJROTTT...."

"Nih rasain!" pukulan Alana semakin menjadi.

Tak cukup dengan keluhan saja. Cowok itu sudah teriak-teriak seperti orang yang akan di apa-apain. Setelah cukup, Alana menghentikan pukulannya namun, tatapannya menatap sinis kearah Gibran. Gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada memandang dengan tajam.

"Anjir, pukulan lo. Sakit nih.." keluhnya mengusap bahunya yang sudah sedikit memerah.

Bukannya ia lemah, tapi pukulan Alana itu tak main-main sakitnya. Bahkan, tangan gadis itu seperti terbuat dari baja atau besi yang kuat untuk memukuli apa saja.

Alana semakin memandang Gibran sinis lalu berdecak. "Lo ngapain di kamar gue? Mau macem-macem ya lo!" tuduhnya memincingkan matanya menatap Gibran curiga. Bahkan tangannya sudah terangkat menunjuk kearah wajah Gibran.

Kedua alis Gibran bertautan, "Gila lo! Udah cukup ya gue mau godain lo waktu itu. Gak lagi gue macem-macem in lo! Taruhannya Raska cuy, gak mau gue." sahutnya memutar bola matanya malas.

Seketika Alana menghela napas lega, lalu ia menurunkan tangannya. "Yaudah kalau lo nyadar. Btw, lo mau ngapain ke kamar gue?" tanyanya seraya berjalan menuju meja rias. Meja yang sudah lengkap dengan kaca, kursi, peralatan make-up simple, skincare dan juga peralatan cewek lainnya.

"Mau ngajak lo keluar. Mumpung malem minggu juga. Eh, Raska pergi sama Bunda sama tante Mawar ya?"

Alana mengangguk, "Iya. Tadi pergi jalan-jalan bertiga. Gak tau mau kemana, mungkin mereka lagi seneng-seneng," balasnya tanpa menoleh.

Gibran ikut mengangguk. Lalu cowok itu beranjak dari duduk menghampiri Alana yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Lantas, cowok itu memegang salah satu masker yang memang ada di atas meja.

"Ini apaan, Al?" tanyanya memutar kemasan masker organik itu.

Alana mendongak, "Itu masker buat wajah,"

Cowok itu beroh ria, "Kok lo nggak pernah pakek kayak gini sih?" tanyanya lagi.

Alana menghela napas, "Tanya mulu lo! Buat apasih tanya-tanya. Gak mau pakek juga!" decak nya kesal.

Gibran menyengir seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya gue cuma tanya doang. Siapa tau nanti kalau gue udah berbini, gue gak kaget kalau suruh beli kayak ginian.." balasnya tak mau kalah.

"Lulus SMA aja belom, udah mikirin apa yang dibutuhin bini lo nanti!" komentar Alana menjitak pelan dahi Gibran.

Lalu, gadis itu berjalan menuju almari berwarna putih untuk memilih baju. "Mau ngajak gue jalan kemana lo?" tanyanya yang sedang memilih baju-baju yang berjejeran.

Gibran mengekus dagunya berfikir. Bingung juga mau pergi kemana. "Ke pasar malam ujung kota aja deh, Al." putusnya yang diangguki gadis itu.

"Yang ini bagus gak? Kalau gak bagus, biar gue ganti yang lain." Alana memperlihatkan baju yang akan ia pakai.

" Alana memperlihatkan baju yang akan ia pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MOM ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang