ENAM BELAS

128K 15.7K 2K
                                    

Ada yang nungguin update nggak?

~~~

Saat ini, Gibran, Alana dan Raska tengah berada di pusat perbelanjaan yang berada di jakarta pusat. Mereka berniat untuk membeli beberapa pakaian untuk Raska karena semakin hari, bayi mungil itu tumbuh menjadi balita. Ya, Raska kini sudah berumur sekitar 1 tahun lebih dan baju yang berada di rumah Alana ataupun Gibran sudah banyak yang tak muat di badan bayi itu.

Pandangan semua mata menuju kearah mereka dengan tatapan yang berbeda-beda. Seperti artis yang menjadi sorotan para fans maupun hatera mereka. Huh! Sebenarnya, menjadi sorotan seperti ini paling menyebalkan bagi Alana.

Tapi, gadis berusia 18 tahun itu tak menghiraukan tatapan para pengunjung dan sibuk memilih baju yang pas. Sedangkan Gibran, cowok itu sibuk becanda dengan Raska. Sesekali mereka juga memilih baju yang cocok untuk Raska.

Alana menatap Gibran yang berada tak jauhnya. Lalu gadis itu menghampiri dengan menenteng tiga buah baju untuk bertanya pendapat pada Gibran.

"Bran," cowok jakung itu menoleh dengan dahi berkerut. "Dari tiga ini, menurut lo yang paling cocok yang mana?" tanya Alana mengangkat ketiga baju di kedua tangannya.

Gibran tampak meneliti kedua baju dengan model yang sama namun, berbeda warna itu. Sebenarnya, ketiganya tampak bagus dan cocok untuk Raska. Tapi ada satu yang Gibran merasa tak cocok. Salah satunya berwarna merah muda.

Gibran mendongakan kepalanya menatap Alana tak percaya. Apa gadis itu tengah bercanda? Hey! Anaknya ini laki-laki bukan perempuan yang penyuka warna merah muda. Apa tidak ada warna selain merah muda? Huh, Gibran menghela napasnya kasar.

"Alana, are you kidding me?"

Kedua alis Alana bertautan tak paham. "Hah? Maksud lo? Apanya yang bercanda?" masih tak paham.

Gibran berdecak. "Lo liat salah satu warna dari baju yang lo pilih. Masa warna pink sih? Emangnya Raska perempuan apa?" cowok itu memutar bola matanya malas. Kesal sendiri dengan Alana.

Alana yang menyadari warna salah satu baju itu langsung menyengir. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Malu sekaligus merutuki kebodohannya. Dia terlalu senang karena modelnya yang sangat macho untuk Raska.

"Lo beli dua-duanya. Kecuali yang merah muda. Inget, anak kita bukan banci yang penyuka warna merah muda!" tajam Gibran membuat Alana meneguk ludahnya susah payah.

Buru-buru Alana kembali ke tempat dimana baju itu berada. Tatapan Gibran seakan ingin membunuhnya saat ini juga yang membuat Alana takut. Baru kali ini dia takut dengan tatapan tajam Gibran.

Akhirnya, Alana memilih dua warna dari ketiga warna yang tadi. Putih-coklat dan juga putih-maroon. Warna yang pas untuk laki-laki. Mengapa Alana tak memilih warna hitam? Karena, di rumahnya maupun di rumah Gibran mayoritas warna baju Raska adalah hitam. Semua itu ulah Gibran, siapa lagi kalau bukan cowok itu.

Gibran menghampiri Alana dengan meneteng lima buah baju yang aps untuk Raska. "Al, udah belum?" tanyanya.

Alana menoleh dengan mata yang membulat saat melihat baju yang di tangan cowok jakung itu. Baru saja Alana bicarakan, cowok itu sudah membawa 5 pasang baju dengan model berbeda namun dengan warna yang sama. Hitam.

MOM ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang