Pesan untuk tahun baru dan hari baru?
~•~•~
"Eh Al, bentar. Bunda nelpon," ucap Gibran seraya menghentikkan langkahnya.
Alana menoleh lalu mengangguk,
"Mending kita duduk di sebelah sana aja deh, Gib." Alana menunjuk bangku kayu yang berada tak jauh dari mereka berdua. Gibran mengangguk dan keduanya pun berjalan menuju bangku tersebut.
"Lo duduk sini dulu, gue mau ngangkat disana." ucap Gibran. Sebelum Alana mengiyakan, ia sudah menjauh dari gadis itu.
"Hallo, ada apa bund?"
"Kamu dimana? Ini Raska nangis nyariin kamu terus, kangen katanya."
"Lagi pergi bund.."
"Sama siapa? Alana?"
"Iya.."
"Heh! Kalian ini pergi kemana? Udah punya anak keluyuran mulu!!" omel Dinda dengan suara naik satu oktaf.
Gibran sontak menjauhkan ponselnya sedikit menjauh dari telinganya. Ia berdecak karena mulut bundanya yang sangat tidak bisa biasa saja.
"Biasa aja kali bund, nggak usah teriak-teriak," Gibran memutar bola matanya malas.
Terdengar helaan napas dari sebrang sana. "Kamu dimana sekarang? Biar bunda sama ayah susul kamu. Raska rewel pengen ketemu kamu,"
"Pasar malam ujung kota bund. Kalau udah sampai tunggu aja di parkiran, biar Gibran kesana," ucap Gibran.
"Yaudah, bunda otw sama ayah,"
"Iya..."
Tut..
Gibran mematikan telponnya dan berbalik berjalan kearah Alana yang sedang memakan gulali kapas. "Al," panggilnya.
Alana mendongak, "Udah?" Gibran mengangguk, "Udah,"
"Bunda ngomong apa? Suruh pulang?"
Cowok itu menggeleng, "Enggak, bunda mau nyusul kesini sama Ayah sama Raska juga. Katanya Raska kangen sama gue," balasnya yang di angguki Alana.
"Nanti gue keparkiran, lu tunggu aja disini," lanjut Gibran yang diangguki lagi oleh gadis itu.
20 menit mereka duduk dengan keheningan dan hanya keramaian pasar malam yang ada, ponsel Gibran berbunyi. Cowok itu menebak jika bundanya lah yang mengiriminya pesan. Dan benar, bundanya bilang jika ia sudah berada di parkiran.
"Gue ke parkiran dulu. Lo tunggu sini dan jangan kemana-mana. Tetep stay!" perintah Gibran tanpa dibantah.
Alana memutar bola matanya malas, "Mau kemana lagi coba kalau gue sendiri? Mau kayak orang ilang?" sahutnya malas.
Gibran menyengir, lalu berpamitan untuk pergi menuju parkiran menjemput Raska dari bundanya. Berjalan menuju keparkiran memang sedikit jauh karena lapangan dan tempat parkir pengunjung memang sangat luas. Jadi, butuh waktu untuk Gibran berjalan kearah sana.
Sekitar 7 menit, Gibran sudah sampai di parkiran. Matanya menatap keseluruh penjuru parkiran mencari mobil sedan berwarna hitam milik ayahnya. Cowok itu berdecak kesal saat mobil yang ia temui sangat banyak dan tidak hanya satu.
Ia pun mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada bundanya, berniat menyuruh agar bundanya saja yang menghampirinya. Bukan ia durhaka menyuruh-nyuruh orang tua, tapi ia sudah kesal dan malas saat tidak menemukan mobil sedan milik ayahnya. Apalagi, ia juga tidak hapal plat nomor mobil milik ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM ALANA
Teen FictionHidup Alana berubah ketika ia harus menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang cukup muda. 17 tahun. Bayangkan saja, di usianya yang masih belasan harus menjadi seorang ibu dan mengurus seorang anak. Bukan, dia bukan hamil di luar nikah. Na...