susah banget ya dapetin 500k haha, tinggal 10k padahal.
eh, ada yang nungguin sequelnya gak? udah ada loh, tapi belum gue publish😃 tungguin and stay safe!
~•~•~
"Heh bocil!" Raska menoleh saat bahunya di tepuk oleh seseorang. Lalu ia mengerjapkan matanya menatap bingung kearah orang itu.
"Heh malah bengong, ngomong dong!" suruh orang itu yang tak lain adalah, Beni. Salah satu sahabat Gibran yang biasa membuat lelucon ataupun bergaya absurd. Raden yang ada di sebelahnya memutar bola matanya malas. Tangannya terulur menggeplak kepala belakang Beni membuat cowok itu meringis.
"Goblok! Dia masih 2 taon kurang, nyet! Mana bisa ngomong kayak kita!" ucapnya membuat Beni mendengus lalu menyengir. "Siapa tau kan?" tanyanya mengedikkan bahu.
Raden semakin dibuat gemas olehnya. "Serah lo anjing!" setelah itu, cowok dengan kulit tan itu melenggang pergi meninggalkan sahabatnya.
Beni menggaruk rambutnya yang tak gatal dengan bingung. Lalu matanya beralih lagi pada Raska yang masih menatapnya dengan bingung. "Cil, Raden kenapa ya?" tanyanya dengan wajah bingung. Raska tak menjawab, balita itu semakin bingung karena tidak mengerti apa yang di maksud teman ayahnya ini.
Raska menggaruk pipinya yang tak gatal seraya mengedarkan pandangannya mencari Alana. "MI-MI!" teriaknya tiba-tiba dengan suara kencang dan tangisan membuat Beni sontak membulatkan matanya.
"HEH BEN LO APAIN ANAK GUE?!" teriak Gibran berkacak pinggang seraya melotot berjalan kearah Beni. Cowok itu langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak gue apa-apain dari tadi, suer!" bantahnya dengan mengangkat kedua jarinya membentu perdamaian.
Raden datang dan mengompor-ngompori Gibran. "Tadi si Raska di jahilin ama si Beni sampai nangis, Bran. Udah, gebukin aja." suruhnya dengan wajah berbinar.
Mata Beni melotot kearah Raden. "Apa-apaan lo anjing! gue dari tadi diem, cuma tanya ke Raska doang. Eh dia malah nangis!" decaknya kesal. Ia jelas tidak salah. Tiba-tiba saja Raska berteriak memanggil Alana dan menangis kencang membuatnya bingung.
Gibran memincingkan matanya kearah Beni dengan curiga. "Bener lo gak apa-apain anak gue? awas aja kalau lo gangguin dia main!" ancamnya seraya mengelus punggung Raska dengan lembut guna menenangkan balita itu.
Cowok berkulit putih itu menghela napas. "Beneran gue gak gangguin! Si Raden tuh ngadi-ngadi!" balasnya menatap Raden tajam. Namun, cowok itu malah menjulurkan lidahnya meledek Beni.
Saat ingin menyumpah serapahi sahabatnya, ucapannya terpotong saat melihat Alana bersama dengan Julia memasuki rumah. Alana yang melihat mata Raska memerah, wajahnya langsung berubah panik dan langsung menghampiri mereka.
"Heh ini Raska kenapa?" tanyanya dengan khawatir.
Gibran tersenyum. "Gak papa, tadi cuma di isengin Beni doang." balas Gibran membuat Alana menatap Beni tajam. Tanpa disadari, Gibran sudah tersenyum puas karena ingin mengerjai sahabatnya.
Pupil mata Beni melebar seketika. Ah mengapa sedari tadi ia yang menjadi umpan kejahilan para teman-temannya? Cowok itu meneguk salivanya susah payah saat melihat wajah garang Alana.
"S-sumpah Al. G-gue gak ngapa-ngapain. Gibran cuma ngada-ngada, suerr!" bantahnya lagi.
"Berani lo gangguin anak gue?!" mata Alana semakin melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM ALANA
Teen FictionHidup Alana berubah ketika ia harus menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang cukup muda. 17 tahun. Bayangkan saja, di usianya yang masih belasan harus menjadi seorang ibu dan mengurus seorang anak. Bukan, dia bukan hamil di luar nikah. Na...