HAI, KEMBALI LAGI.
SEHAT SEMUA?
.
.
SELAMAT MEMBACA.
.
.
~~~
Suasana ruang makan kali ini hanya ada keheningan. Semuanya diam tak ada yang memulai pembicaraan. Hanya ada dentuman sendok dan juga garpu yang bertubrukan dengan piring.
Alana mendorong piringnya saat makan malamnya sudah habis. Ia meneguk air putih yang masih setengah itu hingga tandas. Alana bangkit dari duduknya untuk menuju kamarnya.
Saat ia hendak melangkah pergi dari ruang makan, Papa'nya~ Gandi, sudah memulai pembicaraan. "Kamu mau kemana, Alana?"
Alana menoleh. "Ke kamar, Pa." sahutnya cuek.
"Ke ruang tamu, Papa tunggu." suruhnya yang di angguki Alana. Ia berjalan menuju ruang tamu tanpa menoleh ke arah kedua orang tuanya yang menatap Alana sendu.
Mawar~ mama Alana menoleh kearah sang suaminya lalu menyungging senyum tipisnya. Ia mengelus lengan Gandi lembut agar lebih tenang, lalu berjalan menuju tempat pencuci piring.
Alana membuka ponselnya saat dentingan pesan masuk dari aplikasi hijau itu berbunyi. Ternyata hanya pesan grub yang masuk. Alana menghela napasnya berat lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.
Langkah suara sandal jepit membuat mata Alana terbuka. Ia menoleh ke arah belakang. Mama dan Papa nya berjalan dengan senyum tipis kearah Alana. Alana hanya memasang wajah biasanya saja, lalu memanglingkan wajahnya saat kedua orang tuanya sudah berada di sofa sebrang.
"Mau ngomong apa?" tanya Alana to the point.
Gandi dan Mawar saling berpandangan lalu menghela napas. Gandi menarik napasnya dalam-dalam setelah itu ia hembuskan dengan perlahan.
"Kita akan pindah," ujar Gandi yang diangguki Mawar.
Dahi Alana mengernyit bingung. "Pindah? Kemana?"
"Kerumah baru." sahut Mawar tersenyum.
Alana menatap mama nya sejenak lalu membuang wajahnya. Mawar yang melihat putri semata wayangnya seperti itu hanya bisa memaklumi. Ia tahu betul bagaimana perasaan putrinya. Mawar tersenyum lalu berjalan mendekati Alana.
Mawar duduk di samping Alana dengan tersenyum sendu. Alana langsung menunduk tak mau menatap mama nya. Mawar mengelus surai Alana dengan sayang.
"Kita pindah dari rumah kecil ini. Alhamdulillah papa, udah dapat rumah yang lebih besar dari pa-"
Ucapan Mawar terpotong saat Alana menyela ucapan Mawar.
"Buat apa rumah besar dan bagus kalau penghuninya nggak ada?" raut wajah Alana berubah menjadi datar.
Gandi dan Mawar terdiam sejenak. Lalu mereka tersenyum ke arah Alana dengan senyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM ALANA
Teen FictionHidup Alana berubah ketika ia harus menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang cukup muda. 17 tahun. Bayangkan saja, di usianya yang masih belasan harus menjadi seorang ibu dan mengurus seorang anak. Bukan, dia bukan hamil di luar nikah. Na...