DUA PULUH LIMA

111K 12.4K 1.1K
                                    

Sebelum baca, jawab yuk!!

1. Gimana perasaan kalian pas baca cerita ini?

2. Suka baca sambil rebahan/duduk?

3. Suka sama tokoh yang mana?

4. Dua tokoh yang kalian benci/nggak suka?

Happy Reading.

---

Seorang gadis tengah memandang langit yang sudah gelap tanpa bintang dengan pandangan kosong. Hanya ada bulan yang ada di langit malam ini.

Alana menghela napasnya berat lalu melirik ke arah jam dinding. Ternyata jam menunjukkan pukul 9 malam dan ia sudah terlalu lama memandangi langit polos tanpa bintang satu pun itu.

Sudah sekitar 2 jam Alana berdiam diri, duduk di kursi tempatnya belajar yang langsung menghadap ke jendela luar. Ia hanya diam tanpa melakukan apapun.

Bahkan, Alana mematikan ponselnya dari tadi ia pulang sekolah. Setelah menangis dengan puas, Alana tertidur sebab matanya yang sangat perih dan juga membengkak akibat menangis terlalu lama.

Perutnya tiba-tiba berbunyi menandakan ia lapar. Alana sudah melewati makan siang dan malam untuk hari. Pantas saja cacing di perutnya meronta-ronta untuk meminta makan.

Alana bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kearah meja rias. Ia mengaca terlebih dahulu untuk merapikan penampilannya. Alana memegangi bawah matanya yang sedikit membengkak dan juga hidung yang tersisa merah yang hanya sedikit.

Dengan bernapas lega karena tak akan ketahuan dengan orang rumah, Alana berjalan menuju kamar mandinya untuk menyegarkan wajahnya agar lebih fresh dari sebelumnya.

"Semoga udah pada tidur dan gue bisa makan," gumam Alana terus-menerus berdoa.

-

--

"Masih mau nungguin Alana turun, Bran?" tanya Mawar yang mengejutkan cowok itu.

Karena lelah menunggu Alana yang tak kunjung keluar kamar membuat Gibran tak bisa menunda kantuknya hingga ingin tertidur.

Gibran menoleh kearah Mawar yang berjalan kearahnya dengan masker yang tertempel di wajah wanita paruh baya itu. Tentu saja, Gibran terkejut saat melihat wajah Mawar yang seperti hantu.

"I-ini tante Mawar?" tanya Gibran ragu sekaligus takut. Jam sebenarnya masih menunjukkan pukul 9 malam, tapi rumah Alana begitu sepi dan semuanya sudah pada tidur.

Mawar terkekeh pelan, "Ya iya dong! Masa setan!" ucapnya di akhiri dengan dengkusan sebal.

Tawa Gibran menggelegar di ruang tengah membuat Alana yang mengendap-endap menuruni tangga terlonjak kaget hingga menjatuhkan barang yang ada di dekatnya.

Sontak Gibran dan Mawar langsung menengok dengan was-was. Mereka takut jika itu makhluk halus yang sedang berkeliaran di lantai dua.

Namun, dugaan mereka salah. Ternyata ada Alana yang sedang menatap mereka dengan wajah terkejut sekaligus cengo. Mawar yang melihat anaknya berada di tempat langsung menghampiri dengan tegesa-gesa.

Wanita paruh baya itu langsung memeluk Alana erat hingga membuat sang empu sesak napas. "M-ma, jangan e-erat-erat!" ringisnya meminta untuk di lepaskan.

MOM ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang