EMPAT PULUH SATU

101K 11.9K 1K
                                    

dalam seminggu bisa ga sih 500k readers?

~•~•~

Alana menghembuskan napasnya berkali-kali saat ia masih berada di dalam mobil taksi yang ia tumpangi. Mendadak ia menjadi gugup saat melihat Gibran yang sudah duduk di taman kota dengan kepala menunduk memainkan ponsel di tangannya.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi membuat Alana mengalihkan pandangannya. Ternyata cowok itu mengiriminya pesan. Alana menekan pesan yang ada di lookscreen ponselnya untuk melihat apa yang cowok itu kirimkan.

 Alana menekan pesan yang ada di lookscreen ponselnya untuk melihat apa yang cowok itu kirimkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tanpa menjawab, Alana turun dari taksi seraya memegang tangan kanan Raska. Balita itu bahkan nampak sangat ceria saat sudah keluar dari mobil taksi. Sepertinya benar, Raska sangat merindukan ayahnya hingga sampai seceria dan sebahagia itu.

"Berapa pak?" tanya Alana pada supir taksi.

"Tujuh puluh ribu, mbak," Alana mengangguk lalu mengeluarkan uang berwarna merah itu kearah supir taksi.

Setelah membayar, Alana tidak langsung berjalan kearah Gibran. Ia masih menetralkan detak jantungnya yang sudah terpompa dengan sangat cepat. Alana berdecak kesal lalu mengepalkan tangannya sejenak menghilangkan rasa gugupnya.

Dirasa sudah sedikit normal, Alana menghembuskan napasnya. Kepalanya menunduk melihat Raska yang sedang memegangi botol susu yang memang Alana sengaja bawa.

"Raska nggak sabar ketemu ayah?"

Raska mendongak lalu mengangguk dengan mata binar. Gadis itu merasa tertegun dengan keantusiasan balita yang ada di sampingnya.

"Mau jalan atau gendong?"

"Lan.." (Jalan..) Alana mengangguk lalu berjalan menghampiri tempat Gibran duduk dengan langlah santainya. Ia mencoba untuk tidak gugup dan juga grogi.

"Ekhm.." Alana berdeham sebagai bentuk memanggil cowok itu.

Gibran menoleh kearahnya dengan senyum tipis. "Eh dari kapan?" tanyanya seraya menggeser tubuhnya kesamping agar Alana duduk di sampingnya.

Alana berdeham sekali lagi. "Baru aja." balasnya seperlunya.

Mata Gibran beralih pada balita yang menatap kearah mereka dengan mengedipkan matanya lucu. "Anak Ayah nggak kangen?" godanya mengangkat Raska ke gendongannya.

Raska yang mendengar suara Gibran langsung membulatkan matanya. Langsung saja, ia peluk ayahnya dengan erat melepas rindu. Gibran terkekeh pelan lalu membalas pelukan itu dan mengelus pelan rambut Raska.

MOM ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang