TIGA PULUH TUJUH

104K 11.1K 472
                                    

Kalau cerita ini tamat bikin ✨squel✨ atau ✨spin off✨ nih?

~••~••

Kini, kedua tangan Gibran sudah mengunci pergerakan Alana membuat gadis itu refleks menutup mata takut dan tangannya berada di depan dada. Menghalau agar Gibran tidak mendekat kearahnya.

Kedua alis Gibran bertautan, "Ken–"



"ASTAGFIRULLAH!"



Sontak keduanya langsung menoleh dengan tatapan terkejut. Lalu mata Gibran menoleh lagi kearah Alana dengan wajah cengonya. Tersadar, ia langsung menjauhkan badannya dari gadis itu hingga mundur beberapa langkah ke belakang.

Tubuh Alana menegang saat mendengar teriakan kaget dari sang ayah yang seperti mempergokinya sedang berbuat hal tidak senonoh. Ia buru-buru langsung menghampiri Gandi yang masih melotot dengan tangan menutupi matanya. Ia harus cepat-cepat untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Gandi sebelum Papanya itu salah paham dan berfikir yang tidak-tidak atas kejadian tadi.

"Pa, i-ini nggak seperti yang Papa lihat!" Alana menggoyangkan lengan Papanya. Mencoba menjelaskan agar Papanya tidak salah paham.

Kepala Gandi sedikit menunduk karena Alana lebih pendek darinya. Matanya menatap putrinya dengan tatapan tajam dan sangat menusuk, membuat Alana sendiri meneguk salivanya susah payah. Takut dengan tatapan sang Papa, Alana mengeluarkan jurus jitunya. Yaitu, wajah yang di imut-imutkan dan juga mata yang dibuat selucu mungkin agar Papanya luluh.

Tapi semua itu nihil. Gandi tidak luluh sedikit pun. Bahkan, pria baruh baya itu malah semakin menatap tajam Alana membuat gadis itu memundurkan satu langkah kedepan. Menghindari tatapan tajam Gandi, ia pun mulain menundukkan kepalanya.

Demi apapun, Alana sangat benci dengan Gibran sekarang. Ia merutuki kebodohan cowok itu yang seenak jidat mengukungnya hingga terjadi kesalah pahaman diantaranya dan juga sang Papa.

Alana sedikit melirik kearah Gibran yang menatap keduanya dengan tatapan sulit diartikan. Ia melayangkan tatapan tajamnya dan tatapan permusuhan yang ia mulai dari sekarang. Entah akan berakhir kapan perselisihan diantara mereka.

Niat awal untuk memperbaiki masalah mereka kemarin, tapi mereka ini malah membuat masalah yang baru. Hingga, membuat masalah mereka semakin runyam. Untung saja, Gandi maupun Mawar tidak tahu-menahu tentang masalah yang mereka berdua alami. Jika mereka berdua tahu, sudah habis Gibran saat itu juga dan pasti, kedua orang tua itu tidak akan pernah mengizinkan Gibran untuk bertemu Alana dan juga lebih tepatnya tidak boleh bertemu dengan Raska.

Gandi menoleh kearah Gibran dengan tatapan tajamnya. Tangannya bersedekap dada memandang cowok itu dengan sinis. Lalu tanpa sepatah kata apapun, Gandi langsung berbalik menuju kearah kamarnya dengan tangan terkepal kuat.

Pikirannya sudah buntu saat melihat kejadian tadi. Demi apapun, ia belum iklhas jika putri semata wayangnya di cium oleh lelaki lain selain dirinya. Sebelumnya, saat Gandi tahu jika Alana mempunyai Raska. Ia ingin menikahkan Alana dengan Gibran agar tidak terjadi hal-hal yang tidak inginkan. Contohnya seperti tadi. Berciuman di ruang tengah.

"Pa–" ucapan Alana terpotong karena Papanya sudah berlari menaiki tangga terlebih dahulu sebelum ia menyelesaikan penjelasannya.

Tubuh Alana kini sudah menghadap kearah Gibran dengan sempurna. Mata gadis itu memancarkan permusuhan diantara mereka. Tanpa sadar, air mata Alana turun begitu saja. Baru saja ia akan membuka hatinya untuk memaafkan Gibran tentang masalah kemarin. Tapi, cowok itu malah membuat masalah baru yang membuatnya tidak bisa berfikir dengan jernih.

MOM ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang