Sorry guys, buat double update. Kayaknya belum bisa. Tapi kalau aku update part selanjutnya insyaallah bakalan double.
Sekali lagi aku minta maaf yaaaa
Happy Reading:)
~~~
"Al, gue denger kemarin lo sama Gibran cs rundingin tentang pembangunan Cafè ya?" tanya Julia sembari mendudukkan bokongnya di kursi kantin.
Alana yang tadinya memakan chiki langsung mendongak. Mengangguk pelan sebagai jawaban karena masih menikmati chikinya dan juga ikut duduk.
Seketika Julia cemberut. "Ih kok lo nggak ngajak gue sih?" cibirnya mencebikkan bibir.
Memutar bola matanya malas, Alana menghentikkan kunyahan chiki yang ada di mulutnya. "Gue aja kesana bareng Gibran. Mana sempat gue ajak elo," sahutnya malas.
Julia mencebikkaan bibirnya lagi. Padahalkan dia juga ingin ikut masalah pembangunan Cafë yang Fiko ceritakan tadi malam. Dan ia kesal saat dirinya tak ikut untuk masalah ini.
"Tapi kalau gue ikut, gue jadi apa yah?" gumamnya yang masih bisa di dengar Alana.
Kedikan bahu Alana membuat Julia semakin kesal. Gadis berambut sebahu itu langsung membuang wajahnya kesal. Dari tadi di tanya cuma ngangguk, geleng, cuma beberapa kata.
"Eh lo tahu nggak, Alana udah punya anak!"
Seketika tubuh Alana langsung menegang mendengarkan itu. Lalu ia menoleh kearah sumber suara. Alana hanya menoleh tak ingin membuka suara. Ia ingin mendengar sejauh apa siswi itu tahu tentang dirinya.
"Ah ngaco lo!" sahut teman siswi itu.
Siswi itu berdecak lalu menyodorkan ponselnya pemperlihatkan salah satu video.
Alana tak tahu apa video yang ada di ponsel siswi itu. Ia hanya bisa melihat dari jarak yang lumayan karena gambar itu bergerak memperlihatkan video. Namun video itu tidak jelas.
Julia sebenarnya marah dan ingin menghampiri siswi yang tengah menggosipi temannya itu. Tapi ia juga ingin lihat seberapa jauh kedua siswi itu bergosip tentang Alana.
"Editan lo ya!" teman siswi itu masih tak percaya.
"Buat apa coba gue ngedit video kagak ada gunanya buat gue? Ini tuh real dari yang gue lihat pakai mata kepala gue! Bukan editan atau apapun!"
"Wah nggak bener nih! sekolah kita ada siswi yang udah punya anak dan masih bisa sekolah! Enak bener hidup dia? nyogok?!" teman siswi itu menekan kata 'nyogok' dengan sedikit keras.
"Bitch banget!"
"Jangan-jangan, hamil anak om-om lagi!"
"Bisa jadi tuh! secara Alana kan nggak kaya-kaya banget! pasti dia pengen punya duit banyak dan malah kebablasan!"
Seketika hati Alana sakit dan seperti ada yang menusuk beribu-ribu pisau yang menancap. Apa ini yang namanya sakit tak berdarah?
Brak!
Gebrakan itu membuat seisi kantin langsing tersentak kaget dan menoleh ke sumber suara. Ternyata Julia lah yang menggebrak meja hingga berbunyi nyaring. Ia tak terima saat sahabatnya di hina sengan kata-kata kotor seperti itu.
"JAGA MULUT LO ANJING!" Julia berteriak tak terima.
Alana mencoba untuk menenangkan Julia agar diam saja. Namun, Julia memberontak dan malah menatap tajam Alana.
"DIEM AL!" sentaknya dengan nada tegas.
Nyali Alana seketika menciut. Ia hanya bisa menunduk dengan diam. Ingin mengelak pun sepertinya tak akan bisa. Tapi semua itu tak ada yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOM ALANA
Teen FictionHidup Alana berubah ketika ia harus menjadi seorang ibu di usianya yang masih terbilang cukup muda. 17 tahun. Bayangkan saja, di usianya yang masih belasan harus menjadi seorang ibu dan mengurus seorang anak. Bukan, dia bukan hamil di luar nikah. Na...