TUJUH

154K 17.8K 2K
                                    

[Rumit~ Langit Sore]

SELAMAT MEMBACA PARA READERS DAN SIDERS❤

~~~

"Hai." sapa Nessa pada Alana yang sibuk memegangi botol susu Raska.

Alana sontak menoleh ke arah Nessa yang tersenyum padanya. "E-eh H-hai, kak," sahut Alana tersenyum canggung.

Nessa tersenyum melihat kecanggungan Alana. Semakin membuatnya gemas dan lucu menurutnya. "Nggak usah terlalu canggung gitu, gue nggak ngapa-ngapain kok,"

Alana malah semakin canggung pada Nessa. Ia baru pertama kali melihat Nessa berada di rumah Gibran yang berada di sebelah rumah Alana. Bahkan Alana sempat kaget saat Nessa dan keluarga kecilnya berkunjung di rumah Gibran. Saat ini Alana memang berada di rumah Gibran karena cowok itu yang mengajaknya. Katanya sekali-kali kerumahnya, bukan kerumah Alana terus. Toh hanya beberapa langkah saja sudah sampai.

"Tinggal sama siapa, Al?"

"Sendiri," cicit Alana pelan.

"Orang tua lo?"

Wajah Alana berubah menjadi murung membuat Nessa merasa bersalah. Apa ia salah mempertanyakan orang tua Alana? Tetapi jika di lihat...

"Ekhm.. kerja, kak." balas Alana mencoba menetralisir raut wajahnya.

Nessa mengangguk saja. Ia malah semakin merasa bersalah jika menanyai tentang hal-hal lain dengan Alana. Sepertinya Alana tipe gadis pendiam jika sedang berada di lingkungan baru dan orang asing.

"Lo introvert?" tanya Nessa lebih berhati-hati.

Alana tersenyum seraya menggeleng. "Gue nggak introvert, tapi kalau sama orang asing emang banyak diem. Tapi kalau udah kenal lama pecicilan sama galak. Itu sih yang gue denger dari Julia." Alana terkekeh pelan membuat Nessa juga terkekeh pelan.

"Julia?"

"Temen di sekolah, kak." jelas Alana. Nessa pun mengangguk mengerti.

Setelah rasa canggung itu sedikit demi sedikit menghilang, mereka berdua terhanyut dengan perbincangan abstrak yang tak tahu apa yang mereka bicarakan. Mereka memiliki sifat yang sama menurut mereka berdua. Sama-sama pendiem jika ada orang asing dan juga galak. Apalagi jika dalam mode Singa.

"Oh iya, udah kenal Gibran dari kapan?"

"Udah dari kelas 10 sih kak. Tapi cuma namanya doang. Soalnya temen-temen sekelas gue, selalu bicarain dia sama temen-temennya. Jadi nggak asing lagi."

"Segitu terkenalnya ya Gibran di sekolah?" Alana mengangguk. "Terkenal gara-gara ganteng, tajir, pinter sama badboy kalau kata Julia. Gue nggak terlalu mikirin soal itu kan. Dulu gue orangnya bodo amat dan cuek sama sekitar."

Nessa berdecak pelan. "Gibran sering dapet hukuman dari guru-guru nggak sih?"

"Jarang sih, kak. Mungkin lebih sering kalau terlambat masuk sekolah. Pasti kena hukuman kalau ketahuan sama Pak Somat."

"Pak Somat?" dahi Nessa berkerut.

"Guru paling killer. Tapi menurut gue orangnya nggak killer, malahan baik. Tapikan menilai orang itu pasti dari sudut pandang yang berbeda-beda. Kalau menurut gue, Pak Somat bakalan berubah killer sama anak-anak muridnya yang brandalan dan sering terlambat. Selain itu nggak sih," jelas Alana panjang lebar. Nessa berdecak kagum pada Alana yang selalu mengambil sisi positif seseorang.

MOM ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang