Alex menuruti keinginan Alice untuk diantar ke tempat semula. Alex sendiri bertanya-tanya hal apa yang disembunyikan oleh Alice sehingga sangat tak ingin diantar ke rumahnya.
"Terima kasih sudah mengantarku. Hati-hati di jalan, Bos." Alice segera turun dari mobil Alex saat mengatakan itu.
Wajah Alex tiba-tiba berubah menjadi datar saat mendengar Alice yang memanggilnya bos lagi.
"Sekarang masih ingat aku sebagai bosmu. Apa tadi saat kau membuatku membeli banyak makanan, mengantri, dan lain sebagainya sudah lupa aku siapa?" tanya Alex ketus.
Alice tertawa mendengar itu, ia tak ada niatan untuk menjawab atau semacamnya. "Ya, maaf kalau begitu. Pulanglah, aku akan menghubungi seseorang agar mau menjemputku tak dijemput pun tak masalah rumahku sudah dekat."
"Ini, gunakan ini." Alex menyerahkan jas miliknya untuk digunakan Alice. "Angin malam tidak bagus untuk kesehatan, terlebih bajumu memperlihatkan kulitmu."
"Terima kasih, Bos. Segeralah pulang sebelum para wanitamu mencari dan protes kepadaku besok."
Merasa Alice yang mengusirnya Alex pun segera melajukan mobil menjauh dari sana.
Alice yang melihat mobil Alex sudah menjauh pun segera menghela napas. Alice melakukan ini bukan karena hal buruk atau semacamnya, hanya saja dia belum siap untuk ditanya lebih lanjut saat Alex mengantarkan ke perumahan elit semacam tempatnya.
Alice melangkahkan kaki melewati jalanan yang diterangi oleh lampu, memang tidak jauh dari tempatnya saat ini hanya saja beberapa kali Alice pernah mendengar di pertigaan masuk ke perumahan ada sebuah mitos. Barang siapa yang bertemu dengan kucing hitam di sana maka akan terkena sial selama beberapa hari.
Alice selalu berdoa agar dirinya tak bertemu dengan kucing hitam atau semacamnya. Ya, meski dirinya tak percaya tidak ada salahnya berdoa yang terbaik, 'kan?
Jalanan menuju perumahannya memang sangat sepi, tetapi meski sepi masilhlah terdengar suara mobil atau motor yang berlalu lalang, saat sampai di pos penjaga dan masuk maka di dalam akan sepi tak seramai jalanan di luar.
Suara kendaraan yang berlalu-lalang, motor dengan suara bising membuat Alice menghela napas.
"Nona, sudah pulang," sapa penjaga pos tempatnya masuk ke perumahan.
"Ya, pestanya selesai lebih awal. Aku harus segera pulang tidak bisa menemani Paman berbincang lebih lama lagi. Selamat malam, Paman." Alice berpamitan dengan sopan.
"Benar sekali, angin malam tidak bagus untuk kesehatan. Berhati-hatilah." Penjaga itu tersenyum hangat saat melihat betapa ramahnya Alice.
Tak banyak orang yang mau bersikap ramah seperti Alice di perumahan ini. Semua akan bersikap cuek dan ketus saat mendapat sapaan.
Alice mengangguk dan berlalu pergi rupanya jas milik Alex cukup membantu menghangatkan badannya dan mengurasi angin malam masuk ke dalam pori-pori kulit. Terlebih lagi bau parfum dari lelaki itu masih melekat di jas yang dia gunakan saat ini. Mengingat bau parfum yang biasa digunakan oleh Alex, Alice merasa dipeluk oleh lelaki itu.
Wajah Alice memerah saat memikirkan itu. Dipeluk oleh Alex? Apa dirinya sudah gila? Alice segera menggelengkan kepala demi menghilangkan pikiran tak waras miliknya. Rupanya angin malam memang benar-benar merusak kerja otaknya.
Sepanjang perjalanan hanya kesunyian saja, tak ada orang yang berkeliaran di malam seperti ini. Jika memang ada yang keluar pun mereka pasti menggunakan mobil dan ini masih terlalu sore untuk mereka pulang.
Alice tersenyum saat dirinya sampai di gerbang besar yang menjulang di hadapannya. Banyak tanaman rambat yang rapi menempel di atas gerbang rumah itu, bukannya terlihat mengerikkan justru terlihat bagus saat terkena cahaya lampu yang menggantung di sana.
Alice membunyikan bel rumah tak lama memang penjaga di rumahnya membuka gerbang. Di rumahnya memang tak ada pembantu yang menginap semua pulang ke rumah masing-masing saat sudah petang.
Hal yang ingin Alice lakukan saat ini adalah tidur, besok agar bisa bangun lebih pagi untuk sedikit olahraga.
🐍🐍🐍
Andre menatap bangunan Royal Garden dengan tatapan kagum. Royal Garden semakin berjaya di tangan Alex, tak dapat dipungkiri bahwa adiknya memang memiliki mata yang cerdik jika berurusan dengan uang.
Gedung dengan sepuluh lantai, karyawan yang berlalu-lalang ke sana dan kemari terlebih di jam makan siang seperti ini mereka keluar dari kantor untuk sekadar menikmati makan siang bersama.
"Aku harap sekretaris Alex masih berada di tempatnya dan belum keluar untuk makan siang." Andre melangkahkan kaki untuk ke arah pintu masuk Royal Garden.
Langkah Andre terhenti saat ditahan lebih dulu oleh resepsionis di sana yang melihat dirinya masuk begitu saja. Pantas menjadi perusahaan besar semacam ini, pekerjanya benar-benar sangat kompeten dalam segala hal. Bahkan di jam istirahat seperti ini mereka masih berjaga dengan terampil.
"Maaf, Tuan. Apa Anda sudah memiliki janji?" tanyanya menghampiri Andre.
"Aku ingin bertemu dengan Alex juga sekretarisnya. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan," ujar Andre dengan santai.
"Dengan Tuan?" tanyanya memastikan.
Dengan wajah penuh percaya diri Andre mengangguk.
"Akan aku tanyakan. Mohon ditunggu lebih dulu apa akan dipersilakan untuk masuk atau tidak." Resepsionis itu memberi kode kepada temannya agar menghubungi atasan mereka.
"Katakan saja bahwa kakak dari Louina Ji, Andre Ji datang untuk berkunjung. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan kepada kedua orang itu."
Kedua resepsionis itu sedikit terkejut saat mendengar itu. Louina Ji adalah orang yang sangat dihindari oleh semua orang di perusahaan. Posisinya yang sebagai seorang aktris, calon tunangan dari bosnya, siapa yang berani mencari masalah dengan orang yang seperti itu.
"Baiklah, teman saya akan menyampaikan kepada Nona Alice. Mohon tunggu di sini sebentar lagi." Resepsionis tadi bersikap ramah dan menyarankan agar Andre menunggu di bawah selama beberapa waktu.
Andre tak ingin membuat masalah, lebih baik menunggu selama beberapa saat daripada membuat masalah di perusahaan seperti ini.
Resepsionis yang menghubungi Alice tadi segera menghampiri Andre dan menyampaikan apa kata bosnya.
"Bos menunggu Anda di atas. Dimohon untuk segera naik, beliau tak memiliki banyak waktu," ujarnya sopan.
Andre mengangguk dan segera menuju tempat tertinggi di sana, tempat di mana Alex berada dan bekerja mengumpulkan pundi-pundi uang.
Dengan langkah bangga Andre memasuki lift yang dikhususkan untuk para petinggi perusahaan. Ia tak ingin menunggu dan berdesakan dengan para karyawan biasa.
Andre sampai di lantai teratas dengan cepat dan melihat Alice yang masih duduk di tempatnya juga komputer yang menyala. Ada sebungkus cemilan yang masih utuh di samping komputer, tak hanya itu ada makanan yang berada di atas meja.
Andre memperhatikan Alice dengan seksama, elegan, cantik, dan juga berkarisma. Pantas saja Louina merasa tersaingi dengan sekretaris Alex kali ini.
"Maaf, apa Alex sudah menungguku di dalam?" tanya Andre membuat Alice mengangkat pandangannya.
"Oh, ya, Tuan sudah menunggu di dalam. Mari saya antar."
Yooo, akhirnya update lagi.
Semoga suka.
Salam sayang.
Author L.9 Januari 2020
Noted: lebih dari lima komentar bakal double up.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...