"Cepat cari kerja dan jangan malas-malasan di rumah, Alice. Kamu baru saja dipecat karena menendang anak bosmu dan sekarang kamu enak-enakan nonton dan makan seenaknya!" Seorang wanita paruh baya mengomel dengan membawa kemoceng di tangannya.
"Nanti dulu, Ma. Aku masih ingin istirahat. Lagian anak bos songong banget, bagaimana aku tidak emosi jika dia memegang pantatku. Bayangkan, pantatku dipegang dan dia tidak mau minta maaf, sungguh kurang ajar sekali!" Gadis yang bernama Alice itu bercerita dengan penuh emosi.
"Berhenti mengeluh dan mencari pekerjaan! Aku tidak mau terus menerus memberimu uang aku ini sudah tua tolong mengerti!" Wanita paruh baya tadi terlihat kesal saat mengatakan itu.
Alice Handerson berwajah cantik, berkulit mulus berambut panjang. Sudah banyak lelaki yang jatuh hati pada Alice. Namun, semua berujung penolakan saat tahu ke mana arah pandang mereka. Dada Alice, dada Alice memang tergolong idaman para pria tidak kecil dan tidak besar layaknya artis yang menggunakan alat bantu pembesar payudara.
Alice sangat tidak menyukai lelaki yang seperti itu. Dia menyukai lelaki yang mencintainya apa adanya bukan ada apanya. Pasti wanita mana pun juga menginginkan yang seperti itu.
"Baiklah, Mama. Aku akan mencari pekerjaan sekarang." Alice akhirnya mengalah dan meninggalkan tempat terenak miliknya.
"Ayahmu bilang Royal Garden membuka lowong pekerjaan, datang saja ke sana siapa tahu kamu diterima. Royal Garden termasuk perusahaan besar yang sudah bertaraf internasional gaji di sana juga besar kalau diterima di sana kamu pasti juga bisa masuk di perusahaan ayahmu." Orang itu berujar dengan santai dan membersihkan debu-debu yang ada di sana.
Alice melirik ibunya dengan kesal. Alice bukanlah anak orang yang tidak berkecukupan bisa dibilang dia hidup serba berkecukupan. Namun, keluarganya tidak mau memberi uang setelah Alice selesai lulus kuliah, diharuskan untuk mencari kerja sendiri dan mencari uang sendiri.
Ayah Alice Patter Henderson pembisnis ulung yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia bisnis. Namanya bukan hanya isapan jempol semata, nama Patter sudah melambung tinggi selama beberapa dekade ini.
Patter memang seorang pembisnis. Namun, dia menolak dengan tegas awak media mengetahui mengenai tentang masalah pribadi entah itu istri, rumah, anak, keluarga, dan segalanya dia menolak membuka suara tentang itu.
Sedangkan ibu Alice adalah Resti Adiwangsa ibu rumah tangga yang tegas dan pemilih dalam segala hal. Sikapnya yang seperti itu tidak jarang membuat Alice dan ibunya bertengkar karena berbeda pendapat.
Alice berganti pakaian dan siap-siap untuk mencari pekerjaan ke tempat di mana yang dibicarakan oleh ibunya tadi. Dia hanya mampu berharap bahwa mereka akan berbaik hati memberikan dirinya pekerjaan dan bisa bekerja dengan giat untuk menumpuk pundi-pundi uang yang akan memenuhi kartu kreditnya.
"Aku berangkat dulu, Mama. Jangan lupa bersihkan rumahnya dengan benar." Alice berucap dengan santai dan berlalu pergi.
"Dasar anak durhaka! Bukannya membantu ibunya membersihkan malah menyuruh orang tua untuk membersihkan rumah dengan bersih!" Suara teriakan dari Resti membuat Alice menyunggingkan senyum saat mendengar itu.
Berjalan menjauh untuk mencari kendaraan umum yang seharusnya masih ada di jam sembilan ini. Alice hari ini hanya perlu menyerahkan surat lamaran kerja dan menunggu interview lalu pengumuman diterima atau tidak.
Setelah menyerahkan surat lamaran akhirnya Alice bisa berdiam sejenak sebelum gilirannya untuk melakukan interview.
Alice memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar untuk berbenah diri. "Perusahaan besar memang beda yang perusahaan biasa." Alice memoles pelembab bibir.
Gerakan Alice terhenti saat mendengar bisik-bisik dari kamar mandi yang tengah tertutup.
"Pelan-pelan, ughh, sakitt," bisikan dari dalam kamar mandi membuat Alice membeku.
Alice mendekati pintu yang tertutup itu dengan pelan.
"Aku sudah pelan. Salahkan dirimu yang terlalu membuatku lupa diri," sahut suara seorang laki-laki.
Alice menutup mulutnya tidak percaya. Dia meninggalkan tempat kejadian dengan pelan-pelan agar tidak ada yang menyadari keberadaannya.
"Apa yang baru saja aku dengar? Ini kantor bukan tempat berbuat mesum seperti itu. Menjijikkan, andai aku punya keberanian aku akan melempari mereka dengan tai kuda!" umpat Alice saat dia sudah menjauh dari toilet.
Benar-benar kantor yang panas, sehingga membuat Alice ingin segera melempari sebuah kotoran kepada orang yang berbuat mesum seperti itu. Meski Alice tidak melihat secara langsung dia juga bukan anak polos yang tidak tahu apa sedang terjadi di dalam kamar mandi tadi.
"Aku heran. Bagaimana bisa perusahaan bobrok seperti ini mendapat gelar bagus. Pegawainya saja sudah mencoreng nama baik perusahaan!"
Alice kembali ke tempat semula dengan wajah kesal yang terlihat begitu kentara. Interview kali ini untuk bagian pemasaran dan sekretaris, itu sebabnya begitu banyak yang hadir.
Alice memperhatikan banyaknya wanita modis yang datang untuk melamar pekerjaan kali ini. Lelaki juga tidak kalah banyak, memang pekerjaan di Royal Garden gaji tidak bisa dibilang rendah justru bisa dibilang sangat tinggi untuk karyawan biasa.
Memang bisa dibilang keahlian Alice sudah cukup memadai untuk bisa masuk ke perusahaan ini. Namun, jika secara baju maka Alice kalah total jika dibandingkan dengan wanita yang lain. Menggunakan pakaian yang serba tertutup. Jas perempuan menyembunyikan lekukan tubuh, rok di bawah lutut, rambut yang diikat dengan rapi, benar-benar kalah dengan para wanita yang berpakaian terbuka dan memperlihatkan lekuk tubuh dengan jelas.
Setelah menunggu hampir satu jam akhirnya Alice mendapat giliran. Dengan penuh percaya diri Alice melewati banyaknya peserta kali ini.
Di lain tempat seorang lelaki sedang merapikan baju miliknya dan duduk di kursi dengan penuh wibawa. Dengan wajah datar dia menekan angka di telepon dan terhubung dengan seseorang yang dihubungi.
"Bagaimana dengan interview hari ini?"
"Semua berjalan dengan lancar, Tuan Garham. Kami sudah menemukan siapa yang pantas untuk menjadi sekretaris Anda."
"Bagus, hubungi besok. Suruh datang ke sini ada hal yang ingin aku tanyakan kepadanya."
"Baik!"
Sambungan itu terputus sedangkan lelaki itu segera berdiri di tengah ruangan. Memperhatikan sekitar.
"Sekretaris baru, ya. Ah, aku nanti harus membuatnya berada di bawahku sampai aku bosan. Tidak, dia pasti wanita yang agresif dan akan segera menerkamku saat aku menawarkan kasur. Benar, kasur. Aku harus menyuruh beberapa orang untuk mengganti kasur di ruangan pribadiku." Lelaki itu bermonolog kepada dirinya sendiri.
Alex Garham, pimpinan dari perusahaan Royal Garden. Reputasinya sebagai lelaki yang suka berganti wanita sudah bukan rahasia lagi di kalangan pekerja Royal Garden.
Seluruh wanita akan melemparkan diri dengan suka rela saat dia meminta untuk berada di atas kasur sebagai penghangat kasur entah itu sekali atau berkali-kali. Namun, sejauh ini dia hanya akan menggunakan sekali selebihnya dia tidak akan menggunakan untuk kedua kalinya.
Jangan lupa taburan bintang, gratis, kok gak bayar.
Semoga suka.
Salam sayang
Author L15 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO Mesum (COMPLETED) ✓
Romance(Cerita sudah tamat, jangan lupa dukungan dan di-follow) Alice Handerson sekretaris bar-bar yang sangat tidak menyukai bosnya lantaran bos sangat mesum akut. Kisah cinta antara bos dan bawahan yang terkesan klise. Namun, berkesan di dalam hati. "...