CM-18 (Siapa?)

18.2K 782 11
                                    

Alice menunggu Alex yang baru saja terlelap setelah melakukan pemeriksaan dari dokter. Alex tak memiliki siapa pun di sini ia terluka karena melindunginya sudah wajar bila Alice berjaga seperti ini.

"Nona, istirahatlah lebih dulu," ujar Anton mengingatkan Alice.

Ini sudah kesekian kalinya Anton meminta dirinya untuk istirahat tak hanya itu Alice melihat bahwa tingkah dari Anton sedari tadi cukup mencurigakan. Lelaki tersebut terus menerus meminta agar dia istirahat di hotel saja dibanding berjaga di sini.

"Kau siapa berani sekali memintaku terus menerus meninggalkan Alex. Apa kau salah satu pemberontak di dalam perusahaan Alex, jika aku meninggalkan Alex saat ini kau memiliki kesempatan untuk menghabisinya, 'kan?" tuduh Alice langsung pada intinya.

Anton mundur selama beberapa langkah dan memberi isyarat dengan mengangkat kedua tangannya. "Tidak, itu semua tidak mungkin aku lakukan. Hanya saja sedari tadi kau terus menjaganya aku takut bahwa kau juga jatuh sakit."

"Hum, apa kau yakin? Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu dengan mengusirku untuk pergi secepatnya. Aku peringatkan aku tidak akan meninggalkan dia sebelum mendapat izin darinya!" Wajah angkuh dan penuh percaya diri Alice muncul saat mengatakan itu.

Anton membeku seketika. Suara pintu terbuka, Anton tahu siapa yang berada di belakang pintu terbuka tersebut, yang berada di sana sudah pasti Mita. Tak ada harapan lagi untuk mencegah Alice dan Mita bertemu.

"Apa Alex baik-baik saja?" tanya wanita yang baru datang dengan spontan seakan melupakan keberadaan dari Alice.

Wanita itu menerobos masuk begitu saja dan mendatangi ranjang Alex. "Kenapa bisa jadi seperti ini," lirih wanita itu.

Wajah Alice masih suram saat melihat apa yang dilakukan oleh wanita itu. Saat wanita tadi hendak memegang tangan Alex, Alice segera menghentikan tangan itu.

"Jangan sentuh dia. Wanita asing!" nada Alice penuh dengan intimidasi.

Anton yang melihat itu menelan ludah susah payah. Alice dan Mita sudah bertemu, jika prediksinya benar maka perang dunia antara kedua wanita itu sebentar lagi akan terjadi.

Mita menghempaskan tangan Alice yang tatapan dingin. "Kau siapa? Wanita luar dilarang menyentuh Alex! Alex hanya milikku."

"Dia bukanlah barang! Jangan sembarangan mengatakan bahwa dia adalah milikmu. Jangan menyentuhnya bila ia belum membuka mata dan mengatakan mengenalmu!" Alice mengatakan dengan tak kalah datar.

Perang dingin, aura yang terpancar sama-sama dingin di antara mereka berdua. Kerusuhan yang terjadi membangunkan Alex yang baru saja terlelap.

"Berisik sekali!" keluh Alex.

Ia memperhatikan Alice dengan wajah yang mengerikan dan seorang wanita yang memunggunginya.

"Aku tak peduli! Alex adalah milikku, bukan milik siapa pun, aku tak akan mengalah kepada wanita rubah sepertimu, menjauh dari Alex!" jerit Mita.

Alex membatu ia mengingat siapa wanita yang membelakanginya. Wanita yang sangat ia hindari, sudah jauh-jauh ia mengusir wanita itu ke Singapura, kini mereka bertemu lagi.

Satu-satunya orang yang menjadi tersangka datangnya wanita gila itu adalah Anton, rupanya Anton masih sama seperti dulu.

"Berhentilah berdebat! Yang dikatakan oleh Alice adalah benar, aku bukan barang, berhentilah menyebutku sebagai milikmu!" ujar Alex tidak suka.

Mendengar suara Alex, Mita membalik badan dan tersenyum manis. "Alex, kau sudah bangun. Wanita gila itu menyuruhku untuk pergi," ujarnya dengan manja.

Alice berdecap tak suka ia membenci wanita dengan model seperti wanita yang saat ini sok si depannya.

"Memang seharusnya kau pergi dan tidak usah datang menemuiku lagi. Anton, aku sudah memperingatkanmu, jangan membiarkan wanita ini mendekatiku, tapi sepertinya kau cukup tidak menaatiku. Jangan lupakan janji di antara kita berdua, nyawa adik tersayangmu berada di tanganku, kau masih berani bermain-main denganku?" tanya Alex penuh intimidasi.

Wajah Anton seketika memucat saat mendengar itu. Dia berlutut. "Aku mohon jangan lakukan itu!" mohon Anton.

"Alex kau tidak bisa menekan Anton seperti ini. Ia sudah bekerja cukup banyak dan membantumu dalam banyak masalah!" Mita membela Anton.

"Kau juga jangan lupa, bisnis keluargamu berada di bawah perlindungan perusahaanku. Sekali kau berulah dan muncul di hadapanku lagi, aku akan menarik danaku, bisa kau bayangkan apa yang terjadi? Akan banyak para investor juga yang menarik dana mereka lalu perusahaan keluargamu hanya tinggal cangkang saja. Proyek besar yang sedang mereka lakukan akan terhenti, hutang besar pada bank tidak berjalan, bisa kau bayangkan ayahmu yang memiliki sakit jantung itu?" Wajah puas milik Alex tercetak dengan jelas.

Mita sendiri memucat saat mendengar itu. Ia tak tahu bahwa Alex akan jauh lebih mengerikkan dari dugaannya.

Alice melihat itu, melihat betapa kejamnya seorang Alex saat siapa pun mengusik. Bahwa di saat Alex tak dapat bangun dengan sendirinya di tempat tidur lelaki itu masih dapat membuat dua orang di ruangan ini ketakutan. Sebenarnya Alex adalah orang seperti apa?

Anton masih berlutut dan menundukkan kepala. "Aku mohon jangan lakukan apa pun kepada adikku, di lain waktu aku tidak akan membiarkan Mita menemuimu lagi. Aku mohon jangan lakukan itu." Nada Anton terlihat sangat melas saat mengatakan itu.

Mita melihat itu mengepalkan tangannya. Ia tak mengerti kenapa Alex begitu tidak menyukai dirinya?

"Aku mencintaimu sedari dulu hingga sekarang, tapi kenapa kau menganggap aku ini adalah sebuah bakteri yang harus disingkirkan? Kenapa?" tanya Mita dengan air mata yang luruh begitu saja.

Alex menatap langit-langit tempatnya di rawat saat ini. "Karena kau yang menyebabkan adikku lenyap dari dunia ini. Kau menyingkirkan adikku dengan begitu kejam, kau sudah tahu bahwa Katerina tidak bisa berenang kau masih menceburkannya ke kolam renang dengan kejam dan tak menolong. Kau itu bukan manusia kau adalah seorang iblis!"

Mita terlihat tak percaya dengan apa yang didengar saat ini. "Itu ... itu, tak seperti yang kau lihat. Aku dan Katerina hanya bermain di sana, aku tak sengaja mendorongnya. Aku masih kecil saat itu, bagaimana bisa kau mengatakan aku pembunuh," keluh Mita tak terima.

Melihat perdebatan itu Alice dapat menyimpulkan bahwa kehadirannya tak dibutuhkan, ia melirik Anton yang masih berlutut, rasa iba muncul.

"Berdirilah. Ayo kita keluar dari sini," bisik Alice.

"Adikku, bagaimana dengan nasib adikku?" tanya Anton khawatir.

Alice menghela napas berat. Ia melirik Alex yang terlihat tak peduli dengan keberadaan dirinya juga Anton.

"Jika dia berbuat sesuatu yang tak baik kepada adikmu. Asal kau menceritakan masalahmu mungkin aku bisa membantumu," ujar Alice membantu Anton untuk berdiri.

Ya, mereka berdua berniat keluar dari ruangan itu secara diam-diam dan membiarkan kedua orang itu saling beradu argumen.

Benar saja, kepergian Alice juga Anton tak menimbulkan tanya dari Alex maupun Mita.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.

Yoooo, ada yang nunggu gak? Dua hari gak update, nih, siapa tahu ada yang nunggu. 🤣🤣

Semoga suka.

Salam sayang.
Author L

17 Januari 2020

CEO Mesum (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang