CM- 10 (Kesal)

27K 1K 17
                                    

Tiga orang yang sedang membicarakan Alice akhirnya bungkam saat mendengar perkataan Alice yang sangat menohok itu.

"Memangnya kau siapa berani sekali ingin mengatakan itu kepada keluarga kami? Kau itu cuma seorang sekretaris, berani sekali ingin melaporkan tindakan kami kepada keluarga kami?!" Gadis keempat tidak terima mendengar itu.

"Lalu kau siapa? Kau pasti hanya anak manja yang selalu berdiam di bawah ketiak ayahmu, 'kan? Kalau sudah tahu bahwa kau adalah anak manja yang bergantung kepada orang tua jangan macam-macam denganku. Aku adalah seorang sekretaris pimpinan dari Royal Garden, penghasilanku sudah banyak, tidak sepertimu yang hanya berlindung di bawah ketiak ayahmu!" Alice mengatakan itu dengan sombong.

Sesekali sombong tidak masalah, 'kan? Aku sesekali juga ingin membungkam mulut orang tidak tahu diri seperti mereka, ungkap Alice dalam hati.

Wanita keempat itu pun mulai marah sedangkan ketiga temannya hanya diam dan menyaksikan kejadian itu seperti orang bodoh. Pertengkaran di antara mereka berdua lumayan menarik perhatian orang yang berada di stan makanan. Makanan mewah yang tersaji di sana kalah mewah dari perdebatan antara mereka berdua.

"Ho? Kau bilang aku adalah anak manja yang berlindung di bawah ketiak ayahku? Akan aku tunjukkan aku adalah anak dari Gubernur, lalu ayahku memiliki kenalan seorang pengusaha besar Patter Handerson, tak hanya itu ayahku juga sangat dekat dengan Tuan Erwin. Aku bisa saja membuatmu kehilangan pekerjaan dalam satu detik, semua orang segan denganku. Sedangkan aku adalah Talita Sbastian anak kesayangan dari ayahku!" Dengan bangganya gadis yang mengaku sebagai anak Gubernur.

Ingin rasanya Alice tertawa mendengar ungkapan sombong itu.

"Ha? Memang aku tanya siapa ayahmu? Yang aku tanyakan adalah prestasimu, siapa dirimu ini?" Alice mengatakan itu dengan nada muak tidak hanya itu Alice juga menunjuk Talita dengan malas. 

Suasana yang tadinya ramai oleh bisik-bisik kini mendadak sunyi senyap saat mendengar Alice bertanya itu. Memang tadi Alice tidak bertanya siapa ayahnya, yang jelas siapa pun pasti akan takut berurusan dengan nona arogan keluarga Sbastian itu. Hanya Alice seorang yang mampu melawan wanita searogan Talita.

"Kau! Lihat saja, aku akan membuat seluruh keluargamu menderita! Aku akan berbicara kepada Tuan Erwin agar menendangmu pergi jauh dari pesta ini!" Talita malu dan marah di saat bersamaan.

Selama ini dirinya selalu disanjung tak ada orang yang berani untuk mempertanyakan apa pekerjaannya. Kali ini harga dirinya sudah terinjak hingga titik terendah, kali ini dia tidak akan memberi ampun kepada wanita rendahan seperti itu.

Talita pergi begitu saja sedangkan Alice mengendikkan bahu dan kembali mengambil makanan yang tadi sudah dipilih sebelumnya. Semua orang yang berada di sana hanya mampu saling melirik satu sama lain tidak ingin menegur atau menyapa Alice guna menjadi teman atau semacamnya. Ketiga gadis tadi juga ikut pergi bersama dengan Talita.

"Dia adalah anak Gubernur, harap kamu berhati-hati ke depannya," ujar seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Talita berkisar antara dua puluh tahunan.

"Hanya anak Gubernur saja. Kenapa harus takut, ah, tapi terima kasih." Alice memasukkan makanan ke dalam mulut dengan santai.

Gadis yang memperingatkan itu segera menjauh dan kembali kepada aktivitas memilih makanan penutup. Alice sendiri menghela napas saat melihat semua orang yang mencuri pandang ke arahnya, apa perbuatannya salah?

Terdengar suara gaduh dari luar, suara cempreng yang tadi beradu mulut dengannya mulai terdengar.

"Ayah harus membuat wanita itu diusir keluar dari pesta ini, aku tidak ingin melihat wajahnya lagi," teriak Talita hingga terdengar jauh.

Semua mata tertuju ke arah Alice yang baru saja selesai menghabiskan makannya. Seakan tak peduli Alice meninggalkan stan makanan dan keluar dengan santai, Alice tidak takut sama sekali dengan ayah Talita. Mungkin ini tidak bagus untuk masa depannya kelak,tetapi dia tak mungkin membiarkan orang kaya yang terus bertindak semau mereka, melupakan adat kemanusiaan yang harus saling menghargai.

Langkah Alice terhenti saat merasakan seseorang menahan tangan kirinya dengan tidak suka Alice menoleh. Alex berdiri di sana dengan tatapan menusuk.

"Ikut aku, lebih baik bila kita tidak membuat masalah di sini. Tuan Santoso adalah rekan bisnisku yang utama, lebih baik jangan membuat masalah di sini."  Dengan kekuatan penuh Alex menarik Alice agar ikut pergi.

"Lepaskan aku. Aku harus memberi pelajaran kepada orang besar seperti mereka, kalau tak diberi pelajaran mereka bisa terus menerus menindas yang lebih rendah!" Alice memberontak.

Pemberontakan yang dilakukan juga percuma karena Alice buru-buru ditarik agar pergi menjauh. Dengan wajah kesal Alice menurut dilihat dari eratnya Alex menarik tangan dan kekuatan yang dikeluarkan oleh lelaki itu rasanya akan percuma memberontak.

Alex sendiri merasa kesal karena ditinggal sebentar Alice sudah membuat keributan begitu besar, terlebih menyulut emosi dari anak Gubernur. Alex bukannya takut dengan Gubernur itu, hanya saja dia tak ingin membuat masalah di pesta ulang tahun orang sebesar Erwin. Tak hanya itu dia berpikir bahwa keributan ini pasti akan mendapat nilai buruk kepada anak dari Gubernur itu.

Saat ini Alice juga Alex sudah berada di dalam mobil. Alice masih saja merajuk dengan sikap Alex yang membawanya pergi begitu saja.

"Berhentilah kesal yang seharusnya kesal itu adalah aku. Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak membuat masalah selama aku tak ada, tapi kau malah membuat masalah dengan anak manja itu," ketus Alex.

Alice membuat muka saat mendengar itu. " Memangnya aku peduli? Dia duluan yang menggosipkan aku dengan teman-temannya yang tak tahu diri itu. Mereka mengatakan aku aneh dan menakutkan, siapa yang mau dikatakan seperti itu!" Alice menceritakan itu dengan menggebu-gebu.

"Harusnya kau diam saja. Biarkan mereka berbicara apa." Alex masih fokus dengan jalanan yang masih ramai pengendara itu.

Lampu merah membuat Alex menghela napas dan menunggu lampu berubah menjadi hijau untuk kembali melanjutkan perjalanan.

"Ha? Kau memintaku untuk diam saja dan tidak melawan saat ditindas? Tak bisa seperti itu, aku ini dibesarkan dengan kasih sayang dan kata-kata pedas dari ibuku, meski ibuku orang yang bermulut pedas, tapi dia tidak pernah mengatakan aku ini aneh dan menakutkan. Jika saja mereka tahu aku ini adalah dari ...." Alice menutup mulutnya saat hampir saja membocorkan sesuatu yang tak seharusnya dibicarakan kepada orang lain.

"Hah? Anak dari siapa?" tanya Alex bingung karena Alice menghentikan perkataannya seakan kata itu adalah kata keramat.

"Tidak ada, kau pasti salah dengar. Lampunya sudah hijau segera jalan, kau membuatku bosan menunggu saja." Terlihat sekali bahwa Alice mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Kali ini Alex tak mungkin salah dengar. Pasti ada hal yang disembunyikan oleh wanita itu, kini Alex yang berpikir keras tentang siapa Alice yang sebenarnya. Dia mengingat-ngingat siapa nama panjang dari Alice, Alice Handerson? Mata Alex membulat saat mengingat nama akhir dari wanita itu.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.

Yoooooo, mana, nih, suaranya yang membaca CM.

Ngomong-ngomong, nih, ya, Alex bakal tahu gak, kalau Alice itu adalah anak dari Patter Handerson?

Semoga suka.

Salam Sayang.
Author L.

3 Januari 2021

CEO Mesum (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang